1.
Tentang pengetahuan
2.
Tentang ada dan sebab-sebab yang pertama
3. Tentang barang-barang yang ada pada khususnya,
yakni dunia dan manusia
4. Tentang kesusilaan dan nilai-nilai
(Driyarkara, 2006:1019).
Golongan-golongan
itu dipelajari dalam cabang-cabang/ bagian-bagian filsafat sebagai berikut:
a. tentang pengetahuan: logika yang memuat (1)
logika formal (logic) yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum memikir, yang
harus ditaati supaya dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran.
Hukum-hukum logika belaku dan penting bagi semua ilmu lainnya pula, sementara
bagi filsafat merupakan alat yang harus dikuasai dulu, (2) logika material atau
kritika (epistemology) yang memandang isi pengetahuan (material), bagaimana isi ini
dapat dipertanggungjawabkan, mempelajari sumber-sumber dan asal ilmu
pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, kemungkinan-kemungkinan
dan batas pengetahuan, kebenaran dan kekeliruan, metode ilmu pengetahuan, dan
lain-lain;
b. tentang ada: metafisika atau ontology yang membahas apakah arti “ada” itu,
apakah kesempurnaannya, apakah tujuan, apakah sebab dan akibat, apa yang merupakan
dasar yang terdalam dalam setiap barang yang ada (hylemorfisme); jadi berbicara tentang hakikat
daripada segala sesuatu
c. tentang dunia material: kosmologi (philosophy
of nature);
d. tentang manusia: filsafat tentang manusia (philosophy
of man) atau juga
disebut anthropologia metafisika atau psycologia metafisika;
e. tentang kesusilaan: etika atau filsafat moral,
bahwa manusia wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik itu
menimbulkan berbgai-bagai soal: apa yang
disebut
baik, apa yang bhuruk, apakah ukurannya, apa suara batin, mengapa orang terikat
oleh kesusilaan, dan sebagainya. Ini dibicarakan dalam apa yang disebut etika.
Di sini, termasuk pembicaraan tentang norma-norma hidup bersama atau etika
soaial; dan
a. tentang Tuhan atau theologia
naturalis (natural theology), yang merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan
filsafat (Driyarkara, 2006: 10191021).
Ali
Maksum (2008:36-37) pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang atau
cabang, yaitu:
1. Epistemology, adalah filsafat tentang ilmu
pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan serta validitas
dan realiabilitas dari berbagai klaim terhadap ilmu pengetahuan.
2. Metafisika, adalah filsafat tentang hakikat
yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di luar
jangkauan pengalaman dan pancaindra manusia. Metafisika terdiri dari ontology,
kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
3. Logika, adalah studi tentang metode berfikir
dan metode penelitian ideal yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi
dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
4. Etika, adalah studi tentang tingkah laku yang
ideal, termasuk di dalamnya aksiologi.
5. Estetika, adalah studi tentang bentuk ideal
dan keindahan. Estetika sering disebut filsafat seni.
6.
Filsafat-filsafat khusus atau filsafat tentang berbagai disiplin seperti
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat
manusia, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
Kattsoff
(2004: 81) menggolongkan lapangan filsafat menjadi:
1. Logika,
2. Metodologi,
3. Metafisika,
4. Ontologi,
5. Kosmologi,
6. Epistemologi,
7. Biologi kefilsafatan,
8. Psikhologi kefilsafatan,
9. Antropologi kefilsafatan,
10. Sosiaologi kefilsafatan,
11. Etika,
12. Estetika,
13. Filsafat agama.
Selanjutnya
Kattsoff (2004: 70-80) menjelaskan setiap canang filsafat sebagai berikut:
1. Logika. Logika membicarakan
teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu.
Kadang-kdang logika diberi definisi sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan
kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yaitu logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat
digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari
suatu premis tertentu atau lebih. Sebagai contoh, a termasuk b, dan b termasuk
dalam c, maka kita mengetahui bahwa a termasuk dalam c. Kesimpulan bahwa a
termasuk dalam c karena keharusan tanpa memperhatikan apakah yang diwakili oleh
a, b, dan c. Logika yang membicarakan susunan proporsi-proporsi dan penyimpulan
yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai logika
deduktif atau logika formal. Sementara itu, logika induktif mencoba untuk
menarik kesimpulan tidak dari susunan proporsi-proporsi, melainkan dari
sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif mencoba untuk
bergerak dari satu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada
pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian atau
dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari
akibat-akibat tersebut.
2. Metodologi. Metodologi ialah ilmu pengetahuan
tentang metode, khususnya metode ilmiah. Metodologi dapat membahas
metode-metode yang lain. Semua metode untuk menemukan pengetahuan mempunyai
garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal seperti sifat
observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.
3. Metafisika. Istilah metafisika dipergunakan di
Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Istilah ini berasal
dai bahasa Yunani meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat sesudah fisika.
Aristoteles mendefinisikannya sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada
sebagai yang ada , yang dilawankan misalnya yang ada sebagai yang digerakkan
atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Dewasa ini, metafisika digunakan baik
untuk menunjukkan cabang filsafat pada umumnya maupun acapkali untuk
menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam.
Metafisika sering kali juga dijumlahkan, khususnya bagi mereka yang ingin
menolaknya, dengan salah satu bagiannya, yaitu ontologi. Metafisika dapat
didefinisikan sebagai bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan
pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
4. Ontologi dan kosmologi. Perkataan kosmologi
berasal dari perkataan Yunani. Cosmos dan logos, yang masing-masing berarti
alam semesta yang teratur, dan penyelidikan tentang atau lebih tepatnya
asas-asas rasional dari. Perkataan ontologi berasal dari perkataan Yunani yang
berarti yang ada dan logos. Ontologi membicarakan asas-asas rasional dari yang
ada, sedangkan kosmologi membicarakan asas-asas rasional dari yang ada yang
teratur. Ontology berusaha untuk menhetahui eseni terdalam dari yang ada,
sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya.
5. Epistemologi. Epistemologi ialah cabang filsafat
yang menyelidiki asal-mula, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan.
Pertanyaan mendasar yang dikaji ialah apakah pengetahuan itu? Bagaimanakah cara
mengetahui bila mempunyai pengetahuan? Bagaimanakah cara membedakan antara
pengetahuan dan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu?
Corak-corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara memperoleh
pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?
Pertanyaan ini dapat dkelompokkan dalam dua hal, kelompok pertama mengacu pada
sumber pengetahuan yang dapat dinamakan pertanyaan epistemologi kefilsafatan,
dan pertanyaan yang kedua berkaitan dengan masalah semantik, yaitu yang menyangkut
hubungan pengetahuan dengan objek pengetahuan tersebut.
6. Biologi kefilsafatan. Bilogi kefilsafatan
membicraan persoalanj-persoalan mengenai biologi. Biologi kefilsafatan menciba
untuk menanlisis pertanyaan-pertanyaan hakiki dalam biologi dengan dara yang
hamper sama sebagaimana fisika kefilsafatan menganlsis pengertian-pengertian
dalam fisika. Biologi kefilsafatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
pengertian-[engertian hidup, adaftasi, teleologi, evolusi, dan penurunan
sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam
rangka segala sesuatu, dan arti openting hidup bagi penafsiran kita tentang
alam semesta tempat kita hidup.
7. Psikhologi kefilsafatan. Di lapangan
psikhologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang bersifat
hakiki. Psikhologi dibagi menjadi psikhologi sebagai ilmu dan psikhologi
kefilsafatan. Perkataan Yunani psyche dapat diterjemahkan sebagai jiwa
atau sebagai nyawa.
8. Antropologi kefilsafatan. Antropologi
kefilsafatan mengemukakan pertanyaan- pertanyaan tentang manusia. Apakah
hakikat terdalam manusia itu? Apa sajakah hakikat manusia? Yang manakah yang
lebih mendekati kebenaran? Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang
makna sejarah manusia. Apakah sejarah itu dan ke manakah arah kecenderungannya?
9. Sosiologi kefilsafatan. Dalam sosiologi
kefilsafatan terkait dengan filsafat sosial dan filsafat politik. Dalam
filsafat sosial dan filsafat politik, kita mengemukakan pertanyaan- pertanyaan
mengenai hakikat masyarakat serta hakikat negara. Kita ingin mengetahui
lembaga-lembaga yang terdapat dalam masyarakat dan menyelidiki hubungan antara
manusia dan negaranya.
10. Etika. Di dalam melakukan pilihan, kita
mengacu kepada istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat kesusilaan (etik), dan
merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan- tanggapan
mengenai tingkah laku yang betul yang mempergunakan sebutan-sebutan tersebut.
Dalam etika berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang
menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu adalah baik? Bagaimanakah cara kita
melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik itu? dan sebagainya.
11. Estetika. Estetika merupakan cabang filsafat
yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam
seni. Seorang filsuf ingin mengetahui jawaban- jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah keindahan itu? Apakah hubungan antara
yang indah dan yang benar dan yang baik? Apakah ada ukuran yang dapat dipakai untuk
menanggapi suatu karya seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi keindahan
dalam hidup kita? Apakah seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekedar
reproduksi dalam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan seeorang,
ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang terdalam?
Cabang
filsafat yang terakhir menurut Kattsoff adalah filsafat agama. Berabad-abad
lampau terjadi banyak pertentangan paham mengenai pertanyaan, apakah filsafat
merupakan abdi ideologi, suatu telaah yang bebas serta mandiri, ataukah
merupakan pelengkap bagi ideologi? Bagi seorang filsuf akan membicarakan
jenis-jenis pertanyaan yang berbeda mengenai agama. Pertama-tama mungkin akan
bertanya apakah agama itu? apakah yang dimaksudkan dengan istilah Tuhan? Apa
bukti-bukti tentang adanya Tuhan itu sehat menurut logika? Bagaimana cara kita
mengetahui Tuhan? Apakah makna eksistensi bila istilah ini dipergunakan dalam
hubungannya dengan Tuhan? Kita tidak berkepentingan mengenai apa yang
dipercayai oleh seseorang, tetapi sebagai filsuf mau tidak mau harus menaruh
perhatian kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara
kepercayaan-kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama dengan
kepercayaan- kepercayaan yang lain.
Cabang-cabang
filsafat menurut Suriasumantri (2003:32-33) mencakup tiga segi, yaitu apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan
mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang
termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang filsafat utama ini kemudian bertambah
lagi yaitu teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat
pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam
metafisika, dan politik yaitu kajian mengenai organisasi social pemerintahan
yang ideal.
Kelima
cabang filsafat tersebut, kemudian berkembang menjadi cabang-cabang filsafat
yang mempunyai bidang kajian spesifik, yang mencakup:
1.
Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2.
Etika (filsafat moral)
3.
Estetika (filsafat seni)
4.
Metafisika
5.
Politik (filsafat pemerintahan)
6.
Filsafat agama
7.
Filsafat ilmu
8.
Filsafat pendidikan
9.
Filsafat hukum
10.
Filsafat sejarah
11. Filsafat matematika
Daftar Pustaka
Wibawa, Sutisno. 2013. Filsafat Jawa. Universitas Negeri Jogjakarta.
No comments:
Post a Comment