Link Sukses

Banner 728x90 :

Sunday, 13 September 2015

Penggolongan Filsafat





Filsafat dapat digolong-golongkan menjadi:
1.                      Tentang pengetahuan
2.                      Tentang ada dan sebab-sebab yang pertama
3.    Tentang barang-barang yang ada pada khususnya, yakni dunia dan manusia
4.    Tentang kesusilaan dan nilai-nilai (Driyarkara, 2006:1019).
Golongan-golongan itu dipelajari dalam cabang-cabang/ bagian-bagian filsafat sebagai berikut:
a.    tentang pengetahuan: logika yang memuat (1) logika formal (logic) yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum memikir, yang harus ditaati supaya dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Hukum-hukum logika belaku dan penting bagi semua ilmu lainnya pula, sementara bagi filsafat merupakan alat yang harus dikuasai dulu, (2) logika material atau kritika (epistemology) yang memandang isi pengetahuan (material), bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan, mempelajari sumber-sumber dan asal ilmu pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, kemungkinan-kemungkinan dan batas pengetahuan, kebenaran dan kekeliruan, metode ilmu pengetahuan, dan lain-lain;
b.    tentang ada: metafisika atau ontology yang membahas apakah arti “ada” itu, apakah kesempurnaannya, apakah tujuan, apakah sebab dan akibat, apa yang merupakan dasar yang terdalam dalam setiap barang yang ada (hylemorfisme); jadi berbicara tentang hakikat daripada segala sesuatu
c.    tentang dunia material: kosmologi (philosophy of nature);
d.    tentang manusia: filsafat tentang manusia (philosophy of man) atau juga disebut anthropologia metafisika atau psycologia metafisika;
e.    tentang kesusilaan: etika atau filsafat moral, bahwa manusia wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik itu menimbulkan berbgai-bagai soal: apa yang
disebut baik, apa yang bhuruk, apakah ukurannya, apa suara batin, mengapa orang terikat oleh kesusilaan, dan sebagainya. Ini dibicarakan dalam apa yang disebut etika. Di sini, termasuk pembicaraan tentang norma-norma hidup bersama atau etika soaial; dan
a.  tentang Tuhan atau theologia naturalis (natural theology), yang merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat (Driyarkara, 2006: 1019­1021).
Ali Maksum (2008:36-37) pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang atau cabang, yaitu:
1.       Epistemology, adalah filsafat tentang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan serta validitas dan realiabilitas dari berbagai klaim terhadap ilmu pengetahuan.
2.       Metafisika, adalah filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman dan pancaindra manusia. Metafisika terdiri dari ontology, kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
3.       Logika, adalah studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
4.       Etika, adalah studi tentang tingkah laku yang ideal, termasuk di dalamnya aksiologi.
5.       Estetika, adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan. Estetika sering disebut filsafat seni.
6. Filsafat-filsafat khusus atau filsafat tentang berbagai disiplin seperti filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
Kattsoff (2004: 81) menggolongkan lapangan filsafat menjadi:
1.       Logika,
2.       Metodologi,
3.       Metafisika,
4.       Ontologi,
5.       Kosmologi,
6.       Epistemologi,
7.       Biologi kefilsafatan,
8.       Psikhologi kefilsafatan,
9.       Antropologi kefilsafatan,
10.   Sosiaologi kefilsafatan,
11.   Etika,
12.   Estetika,
13.   Filsafat agama.
Selanjutnya Kattsoff (2004: 70-80) menjelaskan setiap canang filsafat sebagai berikut:
1.     Logika. Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Kadang-kdang logika diberi definisi sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari suatu premis tertentu atau lebih. Sebagai contoh, a termasuk b, dan b termasuk dalam c, maka kita mengetahui bahwa a termasuk dalam c. Kesimpulan bahwa a termasuk dalam c karena keharusan tanpa memperhatikan apakah yang diwakili oleh a, b, dan c. Logika yang membicarakan susunan proporsi-proporsi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal. Sementara itu, logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proporsi-proporsi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif mencoba untuk bergerak dari satu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian atau dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.
2.       Metodologi. Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode, khususnya metode ilmiah. Metodologi dapat membahas metode-metode yang lain. Semua metode untuk menemukan pengetahuan mempunyai garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal seperti sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.
3.       Metafisika. Istilah metafisika dipergunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Istilah ini berasal dai bahasa Yunani meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat sesudah fisika. Aristoteles mendefinisikannya sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada , yang dilawankan misalnya yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Dewasa ini, metafisika digunakan baik untuk menunjukkan cabang filsafat pada umumnya maupun acapkali untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika sering kali juga dijumlahkan, khususnya bagi mereka yang ingin menolaknya, dengan salah satu bagiannya, yaitu ontologi. Metafisika dapat didefinisikan sebagai bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
4.       Ontologi dan kosmologi. Perkataan kosmologi berasal dari perkataan Yunani. Cosmos dan logos, yang masing-masing berarti alam semesta yang teratur, dan penyelidikan tentang atau lebih tepatnya asas-asas rasional dari. Perkataan ontologi berasal dari perkataan Yunani yang berarti yang ada dan logos. Ontologi membicarakan asas-asas rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan asas-asas rasional dari yang ada yang teratur. Ontology berusaha untuk menhetahui eseni terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya.
5.       Epistemologi. Epistemologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal-mula, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan mendasar yang dikaji ialah apakah pengetahuan itu? Bagaimanakah cara mengetahui bila mempunyai pengetahuan? Bagaimanakah cara membedakan antara pengetahuan dan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu? Pertanyaan ini dapat dkelompokkan dalam dua hal, kelompok pertama mengacu pada sumber pengetahuan yang dapat dinamakan pertanyaan epistemologi kefilsafatan, dan pertanyaan yang kedua berkaitan dengan masalah semantik, yaitu yang menyangkut hubungan pengetahuan dengan objek pengetahuan tersebut.
6.       Biologi kefilsafatan. Bilogi kefilsafatan membicraan persoalanj-persoalan mengenai biologi. Biologi kefilsafatan menciba untuk menanlisis pertanyaan-pertanyaan hakiki dalam biologi dengan dara yang hamper sama sebagaimana fisika kefilsafatan menganlsis pengertian-pengertian dalam fisika. Biologi kefilsafatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian-[engertian hidup, adaftasi, teleologi, evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti openting hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup.
7.       Psikhologi kefilsafatan. Di lapangan psikhologi, seorang filsuf mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang bersifat hakiki. Psikhologi dibagi menjadi psikhologi sebagai ilmu dan psikhologi kefilsafatan. Perkataan Yunani psyche dapat diterjemahkan sebagai jiwa atau sebagai nyawa.
8.       Antropologi kefilsafatan. Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan- pertanyaan tentang manusia. Apakah hakikat terdalam manusia itu? Apa sajakah hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran? Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah manusia. Apakah sejarah itu dan ke manakah arah kecenderungannya?
9.       Sosiologi kefilsafatan. Dalam sosiologi kefilsafatan terkait dengan filsafat sosial dan filsafat politik. Dalam filsafat sosial dan filsafat politik, kita mengemukakan pertanyaan- pertanyaan mengenai hakikat masyarakat serta hakikat negara. Kita ingin mengetahui lembaga-lembaga yang terdapat dalam masyarakat dan menyelidiki hubungan antara manusia dan negaranya.
10.   Etika. Di dalam melakukan pilihan, kita mengacu kepada istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat kesusilaan (etik), dan merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan- tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang mempergunakan sebutan-sebutan tersebut. Dalam etika berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu adalah baik? Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik itu? dan sebagainya.
11.   Estetika. Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Seorang filsuf ingin mengetahui jawaban- jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah keindahan itu? Apakah hubungan antara yang indah dan yang benar dan yang baik? Apakah ada ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi suatu karya seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita? Apakah seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekedar reproduksi dalam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan seeorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang terdalam?
Cabang filsafat yang terakhir menurut Kattsoff adalah filsafat agama. Berabad-abad lampau terjadi banyak pertentangan paham mengenai pertanyaan, apakah filsafat merupakan abdi ideologi, suatu telaah yang bebas serta mandiri, ataukah merupakan pelengkap bagi ideologi? Bagi seorang filsuf akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang berbeda mengenai agama. Pertama-tama mungkin akan bertanya apakah agama itu? apakah yang dimaksudkan dengan istilah Tuhan? Apa bukti-bukti tentang adanya Tuhan itu sehat menurut logika? Bagaimana cara kita mengetahui Tuhan? Apakah makna eksistensi bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan? Kita tidak berkepentingan mengenai apa yang dipercayai oleh seseorang, tetapi sebagai filsuf mau tidak mau harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, keruntutan di antara kepercayaan-kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama dengan kepercayaan- kepercayaan yang lain.
Cabang-cabang filsafat menurut Suriasumantri (2003:32-33) mencakup tiga segi, yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang filsafat utama ini kemudian bertambah lagi yaitu teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika, dan politik yaitu kajian mengenai organisasi social pemerintahan yang ideal.
Kelima cabang filsafat tersebut, kemudian berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian spesifik, yang mencakup:
1.                      Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2.                      Etika (filsafat moral)
3.                      Estetika (filsafat seni)
4.                      Metafisika
5.                      Politik (filsafat pemerintahan)
6.                      Filsafat agama
7.                      Filsafat ilmu
8.                      Filsafat pendidikan
9.                      Filsafat hukum
10.                  Filsafat sejarah
11.   Filsafat matematika

Daftar Pustaka
Wibawa, Sutisno. 2013.  Filsafat Jawa. Universitas Negeri Jogjakarta.

No comments: