Link Sukses

Banner 728x90 :

Friday, 30 October 2015

Kedudukan Manusia dalam Organisasi




2.1  Pendahuluan 
1)  Deskripsi Singkat  :   Pada  Bab  ini  dibahas  deskripsi  umum
tentang  kedudukan  manusia  dalam
organisasi. 
2)  Relevansi   :             Pada  bagian  ini  dibahas  tentang
kedudukan  manusia  dalam  organisasi.
Dengan  dasar  pemahaman  ini  akan
menjadi  landasan  bagi  mahasiswa
untuk  memahami  hakekat  manusia,
pengertian  organisasi,  perubahan
paradigm  organisasi.  Bagian  ini
merupakan  dasar  untuk  mempelajari,
mendalami  serta  memahami
pentingnya  mengetahui  perilaku
organisasi
3)  Kompetensi Dasar :  Mahasiswa  mampu  menjelaskan
tentang  kedudukan  manusia  dalam
organisasi
   





 13



2.2  Penyajian 
A.  Hakikat Manusia 
Sebagaimana  dikemukakan  pada  bab  sebelumnya  bahwa manusia  adalah  faktor  utama  yang  sangat  penting  dalam  setiap organisasi  apapun  bentuknya.  Ketika  manusia  memasuki  dunia organisasi  dan  dia  beraktifitas  disana,  maka  itulah  awal  perilaku manusia  yang berada dalam  organisasi  itu. Oleh karena persoalan-persoalan  manusia  senantiasa  berkembang  berdasarkan situasi  dan kondisi  dan  semakin  sulit dikendalikan, maka  persoalan-persoalan  organisasi  dan  khususnya  persoalan  perilaku  organisasi  semakin
hari semakin berkembang.  
Menurut  Nawawi  (2005:3)  mengemukakan  bahwa  manusia adalah  mahluk  ciptaan  Tuhan  YME  yang  kompleks  dan  unik  dan diciptakan  dalam  integrasi  dua  subtansi  yang  tidak  dapat  berdiri sendiri.  Subtansi  pertama  disebut  tubuh  (fisik/jasmani)  sebagai unsur  materi,  sedangkan  subtansi  ke  dua  disebut  jiwa  (rohani /psikis) yang bersifat non-materi. Tanpa keterpaduan itu wujudnya bukan  manusia,  karena  secepat  tubuh  di  tinggalkan  jiwa,  maka yang  tampak  sebagi  materi  bukan  manusia  lagi  tetapi  mayat  atau jenazah.  Dalam  keadaan  seperti  itu,  tidak  satupun  fungsi manusiawi  yang  dapat  di  jalankannya.  Demikian  pula  sebaliknya jiwa yang pergi yang meninggalkan tubuh yang disebut roh,  bukan
manusia  lagi  yang  tidak  mampu  yang  menjalankan  fungsi
kemanusiaan sebagaimana sebelumnya . 
Selanjutnya  dikatakan  Nawawi  (2007)  bahwa  dalam
keterpaduan  kedua  subtansi  itu  manusia  menjalani  hidup  dan
kehidupan  yang  kompleks dan unik.  Salah  satu  keunikannya  yang mendasar  adalah  kehidupannya  yang  di  bekali  dengan  hakekat kemanusiaan (manusiawi) yang terdiri dari
 
1.  Hakikat Individu 
Manusia  di  dalam  mengeksistensikan  dirinya  sebagai
individu  selamanya  menginginkan  untuk  diperlakukan  sebagai
individu.  Hal  ini  memberikan  kesadaran  bahwa  dirinya  selain
berbeda,  tetapi  juga  sama  dengan  individu  yang  lain.  Setiap
individu  menyadari  identitasnya  yang  tidak  sama  secara  fisik  dan
psikis dari individu yang lain. Wajahnya atau bahkan hidung, bibir,
mata  dan  lain-lain  sebagian  dari  wajahnya  tidak  pernah  sama
dengan  individu  yang  lain.  Jalan  dan  gaya  pun  tidak  sama.
Demikian  pula  kemampuan  psikis  (jiwa)  berupa  bakat,  inisiatif,
kreatifitas,  proses  berfikir  ,sifat-sifat  kepribadian  (riang  ,  pemarah,
pendiam  dan  lain-lain  )  tidak  lah  sama  satu  dengan  yang  lain.
Dalam  ketidaksamaan  itu,  setiap  manusia  tampil  sebagai
individualitas, dan memerlukan perlakuan sesuai individualitasnya
masing-masing.  Ini  berarti  setiap  individu  tidak  menginginkan
dirinya  dihargai  karena  orang  lain,  tetapi  dia  menginginkan
dihargai karena dirinya sendiri 
Dari  sisi  perlakuan  itulah  maka  setiap  manusia  memiliki
kesamaan  berupa  harkat  dan  martabat  sebagai  manusia  yang
memerlukan di hormati dan di hargai secara  wajar dan  manusiawi.
Dalam  perspektifi  inilah  maka  tidak  seorangpun  manusia  sebagai
individu  yang  menginginkan  perlakuan  tidak  manusiawi,  baik
dalam status atau kedudukan di dalam masyarakat. Misalnya tidak
seorangpun  menyukai  di caci,  dimaki, dan di  hina  di depan  orang
banyak, atau tidak ada yang  menyenangi di lecehkan, di  curigai, di
abaikan, disisihkan dari pergaulan dan sebagainya.

2.  Hakikat Sosialitas  
Di  dalam  beraktifitas  sehari-hari  di  muka  bumi  ini  setiap
manusia  sebagai  individu  memerlukan  individu  yang  lain.  Tidak
seorang  pun  manusia  yang  dapat  hidup  sendiri  dan  menyendiri




tanpa  interaksi  dengan  sesama  manusia.  Manusia  adalah  mahluk
sosial  yang  memiliki  hakekat  sosialitas  (kebersamaan)  berupa
kecenderungan untuk berada bersama pada satu tempat dan waktu
yang sama dengan saling berinteraksi.
Kecenderungan  inilah  yang  mendorong  manusia  hidup
berkelompok  yang  disebut  masyarakat.  Semakin  besar
kelompoknya  disebut  bangsa,  yang  merasa  bersatu  dengan
identitas  yang  sama  atau  memiliki  kesamaan.  Kecenderungan  itu
dilakukan  manusia  juga  dengan  membentuk  kelompok-kelompok
yang  lebih  kecil,  untuk  mencapai  tujuan  bersama  dan  di  sebut
organisasi. 
Dengan  kata  lain  organisasi  sebagai  bentuk  perwujudan
hakekat  sosial  manusia,  terbentuk  karena  sejumlah  individu  yang
memiliki  kepentingan  yang  sama,  bersepakat  untuk  bekerja  sama
dalam mencapai tujuan /cita-cita yang sama. Kepentingan manusia
sangat  banyak  jenisnya  dan  menyentuh  seluruh  aspek
kehidupanya.  Salah  satu  kepentingan  tersebut  berkenan  dengan
aspek  kehidupan  sosial  ekonomi,  yang  mendorong  manusia
membentuk  organisasi  kerja  untuk  memperoleh  penghasilan  guna
memenuhi  kebutuhannya.  Di  antara  organisasi  itu  yang  dominan
dalam  kehidpan  masarakat  moderen  di  sebut  perusahaan  atau
badan usaha. Di dalam organisasi itu setiap manusia yang  menjadi
anggotanya,  selalu  berharap  dan  berusaha  untuk  dapat
mewujudkan seluruh hakekat kemanusiaanya 

3.  Hakikat Moralitas  
Pada  hakekatnya  setiap  manusia  sebagai  individu  maka
didalam  beraktifitas  didalam  masyarakat  menginginkan  untuk
hidup  secara harmonis bersama individu yang lain. Suatu  hal yang
tidak  bisa  dipungkiri  manusia  sebagai  ciptaan  Tuhan  YME  yang


16



memiliki  hakekat  moralitas  berupa  kecenderungan  pada  norma-
norma  dan  nilai-nilai,  yang  memungkinkan  hidup  sesuai  dengan
harkat  dan  martabatnya  sebagai  manusia.  Kecenderungan  pada
norma-norma  inilah  yang  mendasari  kemampuan  manusia  untuk
mengenali  batas-batas  yang  harus  dihormati  dan  di  wujudkannya
untuk  dapat  hidup  bersama  di  dalam    masarakat,  termasuk  juga
dalam  bentuk  organisasi.  Norma-norma  tersebut  berkembang  dari
waktu  ke  waktu.Usaha  untuk  mencari  norma  sering  mencapai
tertinggi  dan  absolut  bahkan  ada  diantara  menjadi  suatu
kepercayaan  yang  secara  turun  temurun diwariskan  pada  generasi
berikut  sehingga  menjadi  agama  nenek  moyangnya.  Namun  ada
pula  kelompok  lain  memperoleh  norma  bukan  karena  usaha
pencaharian,  tetapi  keran  petunjuk  sang  pencipta  alam  semesta
melalui  para  Nabi  dan  Rasul.  Norma-norma  inilah  sengat  besar
pengaruhnya  dalam  aktifitas  manusia  dan  kemanusiaan  didalam
mewujudkan  eksistensinya  baik  dalam  hakekat  individu  maupun
sosialitasnya  di  dalam  berbangsa  dan  bernegara  sebagai
perwujudan suatu organisasi. 
Ini  berarti bahwa terbentuknya  suatu organisasi dalam hidup
dan  kehidupan  didasari  oleh  hakekat  kemanusiaan,  dengan  kata
lain  bahwa  manusia  beraktifitas  di  dalam  organisasi  berusaha
mengaktualisasian  ketiga  hakekat  kemanusiannya  agar  dalam
menjalankan  hidup  dan  kehidupannya  bersifat  manusiawi.  Oleh
sebab  itu  setiap  individu  di  dalam  berorganisasi  seyogyanya
mengenal  eksistensi  dirinya  agar  dia  dapat  menyesuaikan  diri
dengan  lingkungannya  sesuai  dengan  harkat  dan  martabat
kemanusiaanya.  Pada  prinsipnya  setiap  manusia  agar  hidup  layak
berdasarkan  hakekat  kemanusiaannya,  manusia  memiliki
kebutuhan (need) yang harus dipenuhinya. 



 17



 Menurut  Nawawi,(2005:5)  Kebutuhan  manusia  ada  tiga
macam yakni: 1) Kebutuhan fisik/jasmani; 2) Kebutuhan Psikologis
dan 3) Kebutuhan Spritual.
Siagian  (2003:157)  dalam  bukunya  Teori  dan  Praktek
Kepemimpinan  memandang  manusia  dalam  perspekstif
kepemimpinan  dikaitkan  dengan  kepentingan  dan  kebutuhannya.
Untuk  itu  Nawawi  menganalisis  hakekat  kemanusia  dari  sisi
manusia  sebagai  makhluk  politik,  manusia  sebagai  makhluk
ekonomi,  manusia  sebagai  makhluk  sosial  dan  manusia  sebagai
makhluk individu. Untuk itu penjelasannya sebagai berikut :
1.  Manusia Sebagai Makhluk Politik;
Tak  bisa  dipungkiri  bahwa  setiap  manusia  beraktivitas
dalam  kesehariannya  mamupun  dalam  organisasi  memiliki
keinginan  dan  kepentingan  tetentu  bahkan  kepentingan
untuk  berkuasa.  Itulah  sebabnya  mengapa  para  ilmuan
sepakat  berpendapat  bahwa  pada  hakekatnya  manusia
adalah  makhluk  politik.  Namun  demikian  apabila  dikatakan
bahwa  manusia  adalah  makhluk  politikal  itu  tidak  harus
semata-mata  di  kaitkan  dengan  pengertia  umum  tentang
politik  seperti  diartikulasikan,  disosialisasikan  dan
diperjuangkan  oleh  organisasi-organisasi  politik.  Hal  itupun
memang termasuk dan bahkan merupakan manifestasi paling
nyata dari kepentingan manusia sebagai makhluk politik.
Karena  manusia  merupakan  mahkluk  politik,  jelas  ia
mempunyai  kepentingan  dibidang  politik.  Kepentingan
tersebut  pada  umumnya  tercermin  dari  keinginannya  untuk
turut  serta-atau  diikutsertakan  dalam  menentukan
nasibnya  .  Dalam  kehidupan  bernegara,  misalnya,  setiap
warga  Negara  ingin  turut  berperan  dalam  kehidupan  politik
bangsa  dan  negaranya.  Biasanya  keinginan  tersebut


18



disalurkannya  melalui  wakil-wakilnya  yang  duduk  di
lembaga-lembaga  perwakilan  pada  berbagai  tingkat,mulai
dari lembaga perwakilan di  desa, tingkat local  maupun  pada
tingkat nasional.
2.  Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi
Tidak  dapat  disangkal  bahwa  manusia  adalah  makhluk
ekonomi. Artinya  ia  mempunyai  beraneka  ragam kebutuhan
yang  bersifat  kebendaan  yang  ingin  dipuaskannya.
Pemenuhan kebutuhan yang bersifat kebendaan itu bukanlah
hal  yang  mudah.  Tidak  mudah  karena  banyak  alasan  dan
pertimbangan,seperti :
a.  kemampuan fisik dan intektual yang terbatas,
b.  persaingan  yang  ketat  antara  banyak  orang  yang
menginginkan hal yang sama atau serupa,
c.  terbatasnya kesempatan untuk memuaskannya,
d.  terbatasnya  persediaan  barang  atau  jasa  yang  dapat
digunakan.
Rumitnya  usaha  pemuasan  kebutuhan  yang  bersifat
kebendaan itu tampak lebih jelas lagi dalam kenyataan bahwa
pada  ummnya  didalam  diri  manusia  terdapat  keinginan
untuk  meningkatkan  taraf  hidupnya.  Keinginan  tersebut
tercermin  pada  pendekatan  yang  sifatnya  kuantitatif
didorong oleh keinginan untuk memiliki lebih banyak hal-hal
yang  bersifat  kebendaan,  Sedangkan  pendekatan  kualitatif
terwujud  dalam  keinginan  memiliki  benda-benda  tertentu
dengan mutu yang semakin tinggi.
3.  Manusia Sebagai  Makhluk Sosial
Secara  naluriah  manusia  adalah  makhluk  sosial.  Telah
terbukti  bahwa  sejak  permulaan  eksistensinya  manusia
menyenangi  kehidupan  berkelompok.  Dalam  lingkungan

 19



 masyarakat  disebut  „ primitif    sekalipun,  manusia  adalah
makhluk  yang  senang  pada  kehidupan  bermasyarakat.  Di
kalangan masyarakat yang disebut primitif itu hidup bersama
dalam  gua,  berburu  bersama-sama  untuk  mencari  bahan
makanan  dan  pakaian  adalah  bukti-bukti  kongkret  dari  sifat
naluriah  tersebut.  Ternyata  pula  bahwa  semakin  tinggi
tingkat  kemajuan  yang di  capai oleh  manusia,  semakin besar
pula kebutuhan untuk membentuk berbagai kelompok. 
Demikian besarnya kebutuhan itu hingga semakin modern
seseorang  semakin  banyak  pula  jenis  organisasi  yang
dimasukinya  sehingga  manusia  modern  dikenal  sebagai
manusia organisasional.
4.  Manusia Sebagai Makhluk Individu
Berbagai  cabang  ilmu-ilmu  sosial  memberi  petunjuk
bahwa manusia,  disamping  sebagai insan  ekonomi dan insan
sosial,  juga  tetap  merupakan  individu  dengan  jati  diri  yang
khas.  Prinsip  tersebut  berarti  antara  lain  bahwa  untuk  dapat
memperlakukan  seseorang  secara  tepat,  perlu  pemahaman
tentang  apa  yang  disebut  sebagai  variabel  bebas  yang
membuat  seseorang  itu  sebagai  insan  dengan  karakteristik
yang khas sifatnya.
 Pemahaman  demikian  sangat  penting  apabila  dikaitkan
dengan  usaha  seseorang  pimpinan  untuk  dapat  meramalkan
perilaku  para  bawahannya  dan  dengan  demikian
menjadikannya  sebagai  anggota  organisasi  yang  mampu
memberikan  sumbangsih  yang  diharapkan  daripadanya.
Kemampuan  seperti  itu  merupakan  refleksi  efektivitas
kepemimpinannya.




20



B.  Pengertian Organisasi
Agar  kita  dapat  menelaah  masalah-masalah  yang  dihadapi
oleh  organisasi  baik  pemerintah  maupun  swasta,  dirasa  perlu
menelaah  kembali  apa  yang  dimaksud  dengan  organisasi.  Untuk
menjawab  pertanyaan  tersebut,  berikut  disajikan  defenisi-defenisi
organisasi yang dikemukakan oleh para ahli.
a.  Chester  I.  Barnad,  (1938):    “Organization  as  a  system  of
cooperatives  of  two  or  more  persons”   (Organisasi  adalah  sistem
kerjasama antara dua orang atau lebih.
b.  Edwin B. Flippo menyatakan bahwa: organisasi adalah sistem
hubungan  antara  sumebr  daya  (among  rsources)  yang
memungkikankan pencapaian sasaran.
c.  James  D.  Mooney  berpendapat  bahwa:  “Organization  is  the
form  of  every  human  association  for  the  attainment  of  coomon
purpose”  (Organisasi  adalah  setiap  bentuk  kerjasama  untuk
pencapaian tujuan bersama. (dalam Djatmiko, 2003:2).
d.  Gitosudarmo  (2000:1),  mengemukakan  pengertian  organisasi
adalah suatu sistem  yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama
yang  dilakukan  secara  teratur  dan  berulang-ulang  oleh
sekolmpok orang untuk mencapai suatu tujuan
e.  Nawawi,  (2000:8),  menyatakan  pendapatnya  tentang
pengertian organisasi dari dua segi yaitu pengerian organisasi
secara statis dan dinamis yaitu :
1)  Pengertian  Statis:  Organisasi  adalah  wadah  berhimpun
sejumlah  manuuusia  karena  memiliki  kepentingan  yang
sama.  Statis  dalam  artui  bahwa  setiap  orgnisasi  memiliki
struktur  yang  cenderung  tidak  berubah-ubah  disamping
itu posisi, status dan jabatan juga cenderungt permanen. 
2)  Pengertian  Dinamis  :  Proses  kerjasama  sejumlah  manusia
(dua  orang  atau  lebih)  untuk  mencapai  tujuan  bersama.
Dinamis  dalam  arti  bahwa  kerjasama  berlangsung  secara

 21



 berkelanjutan  atau  proses  yang  selalu  mungkin  menjadi
lebih    efektif dan  efesien,  sebaliknya  juga semakin  kurang
efektif  atau  kurang  efesien.  Disamping  itu  interaksi  antar
manusia didalam organisasi tidak pernah sama dari waktu
ke waktu. 
Dari  pengertian  organisasi  sebagaimana  telah  diuraikan  di
atas,  pada  dasarnya  memiliki  4  (empat)  unsur  pokok  (Nawawi,
2008)  yaitu :
1.  Manusia.  Unsur  ini  dari  segi  jumlah  terdiri  dari  dua  orang
atau lebih.
2.  Filsafat.  Manusia  yang  menghimpun  diri  dalam  organisasi,
dengan  hakekat  kemanusiaannya,  menjalani  kehidupan
bersama  berdasarkan  filsafat  yang  sama,  sehingga
memungkinkan terwujudnya kerjasama.
3.  Proses.  Organisasi  sebagai  perwujudan  interaksi  antar
manusia yang menghasilkan kerjasama, tidak pernah berhenti
selama  manusia  berhimpun  didalamnya.  Oleh  sebab  itu
kerjasama  tersebut  sebagai  kegiatan  yang  berlangsung
sebagai proses.
4.  Tujuan.  Organisasi  didirikan  manusia  adalah  karena
kesamaan  kepentingan,  baik  dalam  rangka  mewujudkan
hakekat  kemanusiannya  maupun  secara  berkelanjutan  untuk
memenuhi kebutuhannya.
Ini  berarti  bahwa  dalam  setiap  organisasi  selalu  ada  atau
beberapa  orang  yang  bertanggung  jawab  untuk  mengkoor-
dinasikan  sejumlah  orang  yang  bekerjasama  tadi  dengan  segala
aktivitasnya. Dalam banyak hal orang yang bertanggung jawab tadi
juga  harus  mengkoordinasikan  aneka  ragam  kegiatan  sekumpulan
orang  yang  lazimnya  mempunyai  kepentingan  yang  berbeda.
Ketentuan  yang  seharusnya  disetujui  bersama,  sering  tidak

22



diketahui  oleh  semuanya  dan  malah  mungkin  terpaksa  disetujui.
Hal ini banyak terlihat hampir di semua organisasi baik pemerintah
maupun  swasta.  Dengan  kata  lain  bahwa  pengertian  organisasi
akan  semakin  kompleks,  strukturnya  menjadi  rumit,  dan  tingkat
formalitasnya  menjadi  besar  dan  semua  itu  akan  mempengaruhi
orang-orang  yang  bekerjasama  di  dalam  organisasi  tersebut.  Ini
berarti  dimensi  manusia  merupakan  hal  yang  sangat  urgen  dalam
organisasi.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa semua organisasi
memiliki  kesamaan,  yang  berbeda  hanyalah  bidang  geraknya
karena  didasari  oleh  berbagai  kepentingan  manusia  yang
terhimpun  di  dalamnya.  Hasibuan,2006:6,  mengemukakan  bahwa
organisasi  dilihatdari  tujuannya  dikenal  dengan  organisasi
perusahaan  (business  organization)  dan  organisasi  social  (public
organization).  Organisasi  perusahaan  bertujuan  mendapatkan  laba 
dan  prinsip  kegiatannya  ekonomi  rasional.  Organsasii  social
bertujuan memberikan pelayanan sedang prinsip kegiatannya ialah
pengabdian social. 

C.  Perubahan Paradigma Orgnaisasi
Dalam  perkembangannya  organisasi  telah  dan  mengalami
perubahan  paradigm.  Mulai  dari  paradigma  klasik,  paradigm
human  dan  paradigma  kolaborasi.  Menurut  Limerick  dan
Cunnington  (1993)  sebagaimana  dikemukakan  oleh  Keban
(2008:129)  bahwa  pada paradigm klasik tokoh  yang sangat popular
adalah  Fayol,  Taylor,  Urwick  dan  Gullick,  Gant,  dsb.    Rancangan
organisasi pada generasi ini adalah :
1.  Orientasi pada efesiensi yang tinggi;
2.  Sistem  otoritas  dan  kendali  yang  sangat  hirarkis  dengan
rental kendali yang sangat sempit;


 23



3.  Prisnsip-prinsip  spesialisasi,  sentralisasi  dan  formalisasi
sangat ditekankan disini.
Paradigma  dalam  aliran  ini  mendapat  kritikan  tajam  karena
memperlakukan  manusia  dalam  organisasi  seperti  mesin  (kurang
manusiawi).  Organisasi  dilihat  seperti  sebagai  suatu  proses
mechanistic.  Kreatifitas,  inisiatif  dan  partisipasi  anggota  tidak
dihargai sama sekali.
Dalam  paradigma human, telah  terjadi pergeseran pandangan
tentang  manusia  dalam  organisasi.  Manusia  telah  dilihat  sebagai
makhluk  sosial  yang  dapat  membentuk  sendiri  kelompok-
kelompok informal  sesuai  dengan  keinginannya,  dan  ingin  bekerja
pada  kondisi  kerja  yang  menyenangkan.  Tokoh  sebagai  pelopor
pada  generasi  ini  adalah  Elton  Mayo  dengan  eksperimennya  di
Hawthrone  tahun  1930an.  Dalam  pola  ini  dapat  diketemukan
bahwa  asumsi  yang  berlaku  sebelumnya  keliru,  yaitu  bahwa
kepentingan  anggota  organisasi  adalah  sama  dengan  kepentingan
manajemen,  dan  manusia tidak dapat  lagi  dilihat  sebagai  individu
yang  independen  tetapi  memiliki  kelompok  atau  kolektivitas.
Dengan  kata  lain  manusia  harus  dilihat  sebagai  “social  man”
sehingga  factor  human  mendapat  perhatian  utama.  Tokoh  lain
yang  mendukung  aliran  ini  adalah  Rensis  Likert.  Karya-karyanya
yang  menekankan  prinsip-prinsip  hubungan-hubungan  yang
bersifat “supportif” yang meperhatikan   

D.  Soal Latihan 
1.  Dalam  penciptaan  manusia,  manusia  memiliki  intergrasi dua
substansi  yang unik dan tidak dapat berdiri sendiri. Sebutkan
dua substansi dimaksud.
2.  Jelaskan  tiga  hakekat  manusia  ditinjau  dari  dua  substansi  di
atas.

24



3.  Jelaskan hakekat kemanusiaan menurut Siagian.
4.  Apa yang dimaksud dengan Organisasi
5.  Sebutkan unsur-unsur pokok dalam organisasi.
6.  Jelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam organisasi.
7.  Bedakan organisasi perusahaan dengan organisasi sosial
8.  Jelaskanperkembangan  paradigm  organisasi  dari  masa  ke
masa.

DAFTAR PUSTAKA


Anoraga,Panji  dan  Sri  Suyati,1995,  Perilaku  Keorganisasian,  Pustaka
Jaya, Jakarta
Arifin,  Anwar,  2003,  Komunikasi  Politik  (Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th Ed., McGraw-
Hill International Edition. 
Bimo,  Walgito.  2004,    Pengantar  Psikologi  Umum  .  Yogyakarta, 
Andi Offset
Charles,  Hampden  Turner,  1992,  Creating  Corporate  Culture,
business Economics, Penerbit London
Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon, 1989,  Human Behavior A Work;
Organizational  Behavior,  New  York  McGraw  Hill
International
Djatmiko, Yayat Hayati, 2003, Perilaku Organisasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung
Gerungan,  W.A.,  (2009),  Psikologi  Sosial,  PT  Refika  Asitama,
Bandung. 
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi
ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gitosudarmo,  Indriyo,  2000,  Perilaku  Keorganisasian,  BPFE,
Yogyakarta
Hampden,  Charles  Turner,  1994,  Colporate  Culture,  London,  Judy
Piatkus Ltd.

 115



Hasibuan,  Malayu.S.P,  2006,  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia,
PT, Bumi Aksara, Jakarta
Hofstede,  Geert,  1997,  Culture s  and  Organization,  New  York,
Washington D.C London, Me Craw-Hill, 
Indrawijaya,  Adam,  1989,  Perilaku  Organisasi,  Penerbit  Sinar  Baru
Bandung
John  C.  Maxwellm,  2011,    The  5  Levels  Leadership,  Mic  Publising,
Surabaya
Jones,  Gareth  R,  1995,  Organizational  Theory,  Text  and  Cases,  USA,
Addison Wesley, Inc.
Kartono,  Kartini,  2003,  Pemimpinan  Dan  Kepemimpinan,  PT.  Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Kast,  Feremont  E,  James  F  Rosenweig,  Organisasi  dan  Manajemen.
Edisi  ke  empat,  Terjamahan  Hasymi  Ali,  Penerbit  Bumi
AksaraJakarta
Keban,  Yeremias,  2008,  Enam  Dimensi  Strategis  Administrasi  Publik,
Konsep, Teori dan Isu. Penerbit Gaya Media, Yogyakarta
Krech,  Crutch  Field,  Ballached,  Individu  In  Sosiety,  Barkeley,  New
York University, California.
Kumorotomo,  Wahyudi,  2008,  Etika  Administrasi  Negara,  PT  Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Mangkunegara,  Anwar,  Prabu,  2005,  Perilaku  Dan  Budaya
Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Muhyadi  .  1989,  Organisasi  Teori  ,  struktur  dan  proses.  Jakarta,
Lembaga Pendidikan dan Kependidikan



116



Nawawi, Hadari. H, Prof,Dr, 2000, Manajemen Sumber DayaManusia,
Gajah Mada University Press, Yogyakart
Ndraha,  Taliziduhu,  2003,  Budaya  Oraganisasi,  Penerbit  Rineka
Cipta Jakarta 
Noor,  Isran,  2012,  Politik  Otonomi  Daerah,  Untuk  Penguatan  NKRI,
Penerbit Steven Strategic Study.
Ouchi,  William G,  1981. Theory Z.: Haw American Business  Can  Meet
The  Jpanese  Challenge,  Tokyo  Japan  :  Reading-Mass,  :  Addison
Wesley Publ. Coy. Inc
Pace,  R.  Wayne  dan  Don  F  Faules,  2006,    Komunikasi  Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja  Perusahaan, Penerjemah  Deddy
Mulyana, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Rakhmat,  Jalaludin.  2005.  Psiokologi  Komunikasi.  Bandung,  PT
Remaja Rosdakarya
Robbins,  Stephen.P,  2001,  Perilaku  Organisasi,  Edisi  Bahasa
Indonesia, PT Prenallindo, Jakarta
------------,  2003, Perilaku  Organisaisi,  Buku 1 Edisi Bahasa  Indonesia,
PT Indeks, Jakarta
------------,  2007,  Perilaku  Organisaisi,  Edisi  Bahasa  Indonesia,  PT
Prenallindo, Jakarta
Schein,  E.H. 1992, Organizational Culture and  Leadership : A Dynamic
View, Jossey-Bass, San Fransisco.
Siagian,  Sondang,  1997,  Manajemen  Sumberdaya  Manusia,  Bumi
Aksara, Jakarta
Sigit,  Soehardi,  2003,  Perilaku  Organisasional,  Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

 117



Sofyandi, Herman dan Iwa Gamiwa, 2007, Perilaku Organisasional,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Solomon,  Robert,C,  1987,  Etika  Suatu  Pengantar,  Penerbit  Erlangga,
Jakarta
Sukarno, Edi, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen  Suatu Pendekatan
Praktiks, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahir, Arifin, 2010,  Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Pustaka Press Indonesia,  Jakarta 
Thoha,  Mifta,  2007,  Perilaku  Organisasi,  Konsep  Dasar  dan
Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta