2.1
Pendahuluan
1)
Deskripsi Singkat : Pada
Bab ini dibahas
deskripsi umum
tentang
kedudukan manusia dalam
organisasi.
2)
Relevansi : Pada bagian
ini dibahas tentang
kedudukan
manusia dalam organisasi.
Dengan
dasar pemahaman ini
akan
menjadi
landasan bagi mahasiswa
untuk
memahami hakekat manusia,
pengertian
organisasi, perubahan
paradigm
organisasi. Bagian ini
merupakan
dasar untuk mempelajari,
mendalami
serta memahami
pentingnya
mengetahui perilaku
organisasi
3)
Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu
menjelaskan
tentang
kedudukan manusia dalam
organisasi
13
2.2
Penyajian
A.
Hakikat Manusia
Sebagaimana
dikemukakan pada bab
sebelumnya bahwa manusia
adalah faktor utama
yang sangat penting
dalam setiap organisasi
apapun bentuknya. Ketika
manusia memasuki dunia organisasi
dan dia beraktifitas
disana, maka itulah
awal perilaku manusia
yang berada dalam organisasi itu. Oleh karena persoalan-persoalan
manusia senantiasa berkembang
berdasarkan situasi dan kondisi
dan semakin sulit dikendalikan, maka persoalan-persoalan organisasi
dan khususnya persoalan
perilaku organisasi semakin
hari semakin berkembang.
Menurut
Nawawi (2005:3) mengemukakan
bahwa manusia adalah
mahluk ciptaan Tuhan
YME yang kompleks
dan unik dan diciptakan
dalam integrasi dua
subtansi yang tidak
dapat berdiri sendiri.
Subtansi pertama disebut
tubuh (fisik/jasmani) sebagai unsur
materi, sedangkan subtansi
ke dua disebut
jiwa (rohani /psikis) yang bersifat non-materi. Tanpa
keterpaduan itu wujudnya bukan
manusia, karena secepat
tubuh di tinggalkan
jiwa, maka yang
tampak sebagi materi
bukan manusia lagi
tetapi mayat atau jenazah.
Dalam keadaan seperti
itu, tidak satupun
fungsi manusiawi
yang dapat di
jalankannya. Demikian pula
sebaliknya jiwa yang pergi yang meninggalkan tubuh yang
disebut roh, bukan
manusia
lagi yang tidak
mampu yang menjalankan
fungsi
kemanusiaan sebagaimana sebelumnya .
Selanjutnya
dikatakan Nawawi (2007)
bahwa dalam
keterpaduan
kedua subtansi itu
manusia menjalani hidup
dan
kehidupan
yang kompleks dan unik. Salah
satu keunikannya yang mendasar
adalah kehidupannya yang
di bekali dengan
hakekat kemanusiaan (manusiawi) yang terdiri dari
1.
Hakikat Individu
Manusia
di dalam mengeksistensikan dirinya
sebagai
individu
selamanya menginginkan untuk
diperlakukan sebagai
individu.
Hal ini memberikan
kesadaran bahwa dirinya
selain
berbeda,
tetapi juga sama
dengan individu yang
lain. Setiap
individu
menyadari identitasnya yang
tidak sama secara
fisik dan
psikis dari individu yang lain. Wajahnya atau
bahkan hidung, bibir,
mata
dan lain-lain sebagian
dari wajahnya tidak
pernah sama
dengan
individu yang lain.
Jalan dan gaya
pun tidak sama.
Demikian
pula kemampuan psikis
(jiwa) berupa bakat,
inisiatif,
kreatifitas,
proses berfikir ,sifat-sifat
kepribadian (riang ,
pemarah,
pendiam
dan lain-lain )
tidak lah sama
satu dengan yang
lain.
Dalam
ketidaksamaan itu, setiap
manusia tampil sebagai
individualitas, dan memerlukan perlakuan
sesuai individualitasnya
masing-masing. Ini
berarti setiap individu
tidak menginginkan
dirinya
dihargai karena orang
lain, tetapi dia
menginginkan
dihargai karena dirinya sendiri
Dari
sisi perlakuan itulah
maka setiap manusia
memiliki
kesamaan
berupa harkat dan
martabat sebagai manusia
yang
memerlukan di hormati dan di hargai
secara wajar dan manusiawi.
Dalam
perspektifi inilah maka
tidak seorangpun manusia
sebagai
individu
yang menginginkan perlakuan
tidak manusiawi, baik
dalam status atau kedudukan di dalam
masyarakat. Misalnya tidak
seorangpun
menyukai di caci, dimaki, dan di hina
di depan orang
banyak, atau tidak ada yang menyenangi di lecehkan, di curigai, di
abaikan, disisihkan dari pergaulan dan
sebagainya.
2.
Hakikat Sosialitas
Di
dalam beraktifitas sehari-hari
di muka bumi
ini setiap
manusia
sebagai individu memerlukan
individu yang lain.
Tidak
seorang
pun manusia yang
dapat hidup sendiri
dan menyendiri
tanpa
interaksi dengan sesama
manusia. Manusia adalah
mahluk
sosial
yang memiliki hakekat
sosialitas (kebersamaan) berupa
kecenderungan untuk berada bersama pada satu
tempat dan waktu
yang sama dengan saling berinteraksi.
Kecenderungan
inilah yang mendorong
manusia hidup
berkelompok
yang disebut masyarakat.
Semakin besar
kelompoknya
disebut bangsa, yang
merasa bersatu dengan
identitas
yang sama atau
memiliki kesamaan. Kecenderungan
itu
dilakukan
manusia juga dengan
membentuk kelompok-kelompok
yang
lebih kecil, untuk
mencapai tujuan bersama
dan di sebut
organisasi.
Dengan
kata lain organisasi
sebagai bentuk perwujudan
hakekat
sosial manusia, terbentuk
karena sejumlah individu
yang
memiliki
kepentingan yang sama,
bersepakat untuk bekerja
sama
dalam mencapai tujuan /cita-cita yang sama.
Kepentingan manusia
sangat
banyak jenisnya dan
menyentuh seluruh aspek
kehidupanya.
Salah satu kepentingan
tersebut berkenan dengan
aspek
kehidupan sosial ekonomi,
yang mendorong manusia
membentuk
organisasi kerja untuk
memperoleh penghasilan guna
memenuhi
kebutuhannya. Di antara
organisasi itu yang
dominan
dalam
kehidpan masarakat moderen
di sebut perusahaan
atau
badan usaha. Di dalam organisasi itu setiap
manusia yang menjadi
anggotanya,
selalu berharap dan
berusaha untuk dapat
mewujudkan seluruh hakekat kemanusiaanya
3.
Hakikat Moralitas
Pada
hakekatnya setiap manusia
sebagai individu maka
didalam
beraktifitas didalam masyarakat
menginginkan untuk
hidup
secara harmonis bersama individu yang lain. Suatu hal yang
tidak
bisa dipungkiri manusia
sebagai ciptaan Tuhan
YME yang
16
memiliki
hakekat moralitas berupa
kecenderungan pada norma-
norma
dan nilai-nilai, yang
memungkinkan hidup sesuai
dengan
harkat
dan martabatnya sebagai
manusia. Kecenderungan pada
norma-norma
inilah yang mendasari
kemampuan manusia untuk
mengenali
batas-batas yang harus
dihormati dan di
wujudkannya
untuk
dapat hidup bersama
di dalam masarakat,
termasuk juga
dalam
bentuk organisasi. Norma-norma
tersebut berkembang dari
waktu
ke waktu.Usaha untuk
mencari norma sering
mencapai
tertinggi
dan absolut bahkan
ada diantara menjadi
suatu
kepercayaan
yang secara turun
temurun diwariskan pada generasi
berikut
sehingga menjadi agama
nenek moyangnya. Namun
ada
pula
kelompok lain memperoleh
norma bukan karena
usaha
pencaharian,
tetapi keran petunjuk
sang pencipta alam
semesta
melalui
para Nabi dan
Rasul. Norma-norma inilah
sengat besar
pengaruhnya
dalam aktifitas manusia
dan kemanusiaan didalam
mewujudkan
eksistensinya baik dalam
hakekat individu maupun
sosialitasnya
di dalam berbangsa
dan bernegara sebagai
perwujudan suatu organisasi.
Ini
berarti bahwa terbentuknya suatu
organisasi dalam hidup
dan
kehidupan didasari oleh
hakekat kemanusiaan, dengan
kata
lain
bahwa manusia beraktifitas
di dalam organisasi
berusaha
mengaktualisasian ketiga
hakekat kemanusiannya agar
dalam
menjalankan
hidup dan kehidupannya
bersifat manusiawi. Oleh
sebab
itu setiap individu
di dalam berorganisasi
seyogyanya
mengenal
eksistensi dirinya agar
dia dapat menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya sesuai dengan
harkat dan martabat
kemanusiaanya. Pada
prinsipnya setiap manusia
agar hidup layak
berdasarkan
hakekat kemanusiaannya, manusia
memiliki
kebutuhan (need) yang harus dipenuhinya.
17
Menurut
Nawawi,(2005:5) Kebutuhan manusia
ada tiga
macam yakni: 1) Kebutuhan fisik/jasmani; 2)
Kebutuhan Psikologis
dan 3) Kebutuhan Spritual.
Siagian
(2003:157) dalam bukunya
Teori dan Praktek
Kepemimpinan
memandang manusia dalam
perspekstif
kepemimpinan
dikaitkan dengan kepentingan
dan kebutuhannya.
Untuk
itu Nawawi menganalisis
hakekat kemanusia dari sisi
manusia
sebagai makhluk politik,
manusia sebagai makhluk
ekonomi,
manusia sebagai makhluk
sosial dan manusia
sebagai
makhluk individu. Untuk itu penjelasannya
sebagai berikut :
1.
Manusia Sebagai Makhluk Politik;
Tak
bisa dipungkiri bahwa
setiap manusia beraktivitas
dalam
kesehariannya mamupun dalam
organisasi memiliki
keinginan
dan kepentingan tetentu
bahkan kepentingan
untuk
berkuasa. Itulah sebabnya
mengapa para ilmuan
sepakat
berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia
adalah
makhluk politik. Namun
demikian apabila dikatakan
bahwa
manusia adalah makhluk
politikal itu tidak
harus
semata-mata
di kaitkan dengan
pengertia umum tentang
politik
seperti diartikulasikan, disosialisasikan dan
diperjuangkan
oleh organisasi-organisasi politik.
Hal itupun
memang termasuk dan bahkan merupakan
manifestasi paling
nyata dari kepentingan manusia sebagai
makhluk politik.
Karena
manusia merupakan mahkluk
politik, jelas ia
mempunyai
kepentingan dibidang politik.
Kepentingan
tersebut
pada umumnya tercermin
dari keinginannya untuk
turut
serta-atau diikutsertakan dalam
menentukan
„ nasibnya .
Dalam kehidupan bernegara,
misalnya, setiap
warga
Negara ingin turut
berperan dalam kehidupan
politik
bangsa
dan negaranya. Biasanya
keinginan tersebut
18
disalurkannya
melalui wakil-wakilnya yang
duduk di
lembaga-lembaga perwakilan
pada berbagai tingkat,mulai
dari lembaga perwakilan di desa, tingkat local maupun
pada
tingkat nasional.
2.
Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi
Tidak
dapat disangkal bahwa
manusia adalah makhluk
ekonomi. Artinya ia
mempunyai beraneka ragam kebutuhan
yang
bersifat kebendaan yang
ingin dipuaskannya.
Pemenuhan kebutuhan yang bersifat kebendaan
itu bukanlah
hal
yang mudah. Tidak
mudah karena banyak
alasan dan
pertimbangan,seperti :
a.
kemampuan fisik dan intektual yang terbatas,
b.
persaingan yang ketat
antara banyak orang
yang
menginginkan hal yang sama atau serupa,
c.
terbatasnya kesempatan untuk memuaskannya,
d.
terbatasnya persediaan barang
atau jasa yang
dapat
digunakan.
Rumitnya
usaha pemuasan kebutuhan
yang bersifat
kebendaan itu tampak lebih jelas lagi dalam
kenyataan bahwa
pada
ummnya didalam diri
manusia terdapat keinginan
untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
Keinginan tersebut
tercermin
pada pendekatan yang
sifatnya kuantitatif
didorong oleh keinginan untuk memiliki lebih
banyak hal-hal
yang
bersifat kebendaan, Sedangkan
pendekatan kualitatif
terwujud
dalam keinginan memiliki
benda-benda tertentu
dengan mutu yang semakin tinggi.
3.
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Secara
naluriah manusia adalah
makhluk sosial. Telah
terbukti
bahwa sejak permulaan
eksistensinya manusia
menyenangi
kehidupan berkelompok. Dalam
lingkungan
19
masyarakat
disebut „ primitif sekalipun,
manusia adalah
makhluk
yang senang pada
kehidupan bermasyarakat. Di
kalangan masyarakat yang disebut primitif itu
hidup bersama
dalam
gua, berburu bersama-sama
untuk mencari bahan
makanan
dan pakaian adalah
bukti-bukti kongkret dari
sifat
naluriah
tersebut. Ternyata pula
bahwa semakin tinggi
tingkat
kemajuan yang di capai oleh
manusia, semakin besar
pula kebutuhan untuk membentuk berbagai
kelompok.
Demikian besarnya kebutuhan itu hingga
semakin modern
seseorang
semakin banyak pula
jenis organisasi yang
dimasukinya
sehingga manusia modern
dikenal sebagai
manusia organisasional.
4.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial
memberi petunjuk
bahwa manusia, disamping
sebagai insan ekonomi dan insan
sosial,
juga tetap merupakan
individu dengan jati
diri yang
khas.
Prinsip tersebut berarti
antara lain bahwa
untuk dapat
memperlakukan
seseorang secara tepat,
perlu pemahaman
tentang
apa yang disebut
sebagai variabel bebas
yang
membuat
seseorang itu sebagai
insan dengan karakteristik
yang khas sifatnya.
Pemahaman
demikian sangat penting
apabila dikaitkan
dengan
usaha seseorang pimpinan
untuk dapat meramalkan
perilaku
para bawahannya dan
dengan demikian
menjadikannya
sebagai anggota organisasi
yang mampu
memberikan
sumbangsih yang diharapkan
daripadanya.
Kemampuan
seperti itu merupakan
refleksi efektivitas
kepemimpinannya.
20
B.
Pengertian Organisasi
Agar
kita dapat menelaah
masalah-masalah yang dihadapi
oleh
organisasi baik pemerintah
maupun swasta, dirasa
perlu
menelaah
kembali apa yang
dimaksud dengan organisasi.
Untuk
menjawab
pertanyaan tersebut, berikut
disajikan defenisi-defenisi
organisasi yang dikemukakan oleh para ahli.
a.
Chester I. Barnad,
(1938): “Organization as a system
of
cooperatives
of two or
more persons” (Organisasi
adalah sistem
kerjasama antara dua orang atau lebih.
b.
Edwin B. Flippo menyatakan bahwa: organisasi adalah sistem
hubungan
antara sumebr daya
(among rsources) yang
memungkikankan pencapaian sasaran.
c.
James D. Mooney
berpendapat bahwa: “Organization
is the
form
of every human
association for the
attainment of coomon
purpose”
(Organisasi adalah setiap
bentuk kerjasama untuk
pencapaian tujuan bersama. (dalam Djatmiko,
2003:2).
d.
Gitosudarmo (2000:1), mengemukakan
pengertian organisasi
adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama
yang
dilakukan secara teratur
dan berulang-ulang oleh
sekolmpok orang untuk mencapai suatu tujuan
e.
Nawawi, (2000:8), menyatakan
pendapatnya tentang
pengertian organisasi dari dua segi yaitu
pengerian organisasi
secara statis dan dinamis yaitu :
1)
Pengertian Statis: Organisasi
adalah wadah berhimpun
sejumlah
manuuusia karena memiliki
kepentingan yang
sama.
Statis dalam artui
bahwa setiap orgnisasi
memiliki
struktur
yang cenderung tidak
berubah-ubah disamping
itu posisi, status dan jabatan juga
cenderungt permanen.
2)
Pengertian Dinamis :
Proses kerjasama sejumlah
manusia
(dua
orang atau lebih)
untuk mencapai tujuan
bersama.
Dinamis
dalam arti bahwa
kerjasama berlangsung secara
21
berkelanjutan
atau proses yang
selalu mungkin menjadi
lebih
efektif dan efesien, sebaliknya
juga semakin kurang
efektif
atau kurang efesien.
Disamping itu interaksi
antar
manusia didalam organisasi tidak pernah sama
dari waktu
ke waktu.
Dari
pengertian organisasi sebagaimana
telah diuraikan di
atas,
pada dasarnya memiliki
4 (empat) unsur
pokok (Nawawi,
2008)
yaitu :
1.
Manusia. Unsur ini
dari segi jumlah
terdiri dari dua
orang
atau lebih.
2.
Filsafat. Manusia yang
menghimpun diri dalam
organisasi,
dengan
hakekat kemanusiaannya, menjalani
kehidupan
bersama
berdasarkan filsafat yang
sama, sehingga
memungkinkan terwujudnya kerjasama.
3.
Proses. Organisasi sebagai
perwujudan interaksi antar
manusia yang menghasilkan kerjasama, tidak
pernah berhenti
selama
manusia berhimpun didalamnya.
Oleh sebab itu
kerjasama
tersebut sebagai kegiatan
yang berlangsung
sebagai proses.
4.
Tujuan. Organisasi didirikan
manusia adalah karena
kesamaan
kepentingan, baik dalam
rangka mewujudkan
hakekat
kemanusiannya maupun secara
berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Ini
berarti bahwa dalam
setiap organisasi selalu
ada atau
beberapa
orang yang bertanggung
jawab untuk mengkoor-
dinasikan
sejumlah orang yang
bekerjasama tadi dengan
segala
aktivitasnya. Dalam banyak hal orang yang
bertanggung jawab tadi
juga
harus mengkoordinasikan aneka
ragam kegiatan sekumpulan
orang
yang lazimnya mempunyai
kepentingan yang berbeda.
Ketentuan
yang seharusnya disetujui
bersama, sering tidak
22
diketahui
oleh semuanya dan
malah mungkin terpaksa
disetujui.
Hal ini banyak terlihat hampir di semua
organisasi baik pemerintah
maupun
swasta. Dengan kata
lain bahwa pengertian
organisasi
akan
semakin kompleks, strukturnya
menjadi rumit, dan
tingkat
formalitasnya
menjadi besar dan
semua itu akan
mempengaruhi
orang-orang
yang bekerjasama di
dalam organisasi tersebut.
Ini
berarti
dimensi manusia merupakan
hal yang sangat
urgen dalam
organisasi.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa semua
organisasi
memiliki
kesamaan, yang berbeda
hanyalah bidang geraknya
karena
didasari oleh berbagai
kepentingan manusia yang
terhimpun
di dalamnya. Hasibuan,2006:6, mengemukakan
bahwa
organisasi
dilihatdari tujuannya dikenal
dengan organisasi
perusahaan
(business organization) dan
organisasi social (public
organization). Organisasi
perusahaan bertujuan mendapatkan
laba
dan
prinsip kegiatannya ekonomi
rasional. Organsasii social
bertujuan memberikan pelayanan sedang prinsip
kegiatannya ialah
pengabdian social.
C.
Perubahan Paradigma Orgnaisasi
Dalam
perkembangannya organisasi telah
dan mengalami
perubahan
paradigm. Mulai dari
paradigma klasik, paradigm
human
dan paradigma kolaborasi.
Menurut Limerick dan
Cunnington
(1993) sebagaimana dikemukakan
oleh Keban
(2008:129)
bahwa pada paradigm klasik
tokoh yang sangat popular
adalah
Fayol, Taylor, Urwick
dan Gullick, Gant,
dsb. Rancangan
organisasi pada generasi ini adalah :
1.
Orientasi pada efesiensi yang tinggi;
2.
Sistem otoritas dan
kendali yang sangat
hirarkis dengan
rental kendali yang sangat sempit;
23
3.
Prisnsip-prinsip
spesialisasi, sentralisasi dan
formalisasi
sangat ditekankan disini.
Paradigma
dalam aliran ini
mendapat kritikan tajam
karena
memperlakukan
manusia dalam organisasi
seperti mesin (kurang
manusiawi).
Organisasi dilihat seperti
sebagai suatu proses
mechanistic.
Kreatifitas, inisiatif dan
partisipasi anggota tidak
dihargai sama sekali.
Dalam
paradigma human, telah terjadi
pergeseran pandangan
tentang
manusia dalam organisasi.
Manusia telah dilihat
sebagai
makhluk
sosial yang dapat
membentuk sendiri kelompok-
kelompok informal sesuai
dengan keinginannya, dan
ingin bekerja
pada
kondisi kerja yang
menyenangkan. Tokoh sebagai
pelopor
pada
generasi ini adalah
Elton Mayo dengan
eksperimennya di
Hawthrone
tahun 1930an. Dalam
pola ini dapat
diketemukan
bahwa
asumsi yang berlaku
sebelumnya keliru, yaitu
bahwa
kepentingan
anggota organisasi adalah
sama dengan kepentingan
manajemen,
dan manusia tidak dapat lagi
dilihat sebagai individu
yang
independen tetapi memiliki
kelompok atau kolektivitas.
Dengan
kata lain manusia
harus dilihat sebagai
“social man”
sehingga
factor human mendapat
perhatian utama. Tokoh
lain
yang
mendukung aliran ini
adalah Rensis Likert.
Karya-karyanya
yang
menekankan prinsip-prinsip hubungan-hubungan yang
bersifat “supportif” yang meperhatikan
D.
Soal Latihan
1.
Dalam penciptaan manusia,
manusia memiliki intergrasi dua
substansi
yang unik dan tidak dapat berdiri sendiri. Sebutkan
dua substansi dimaksud.
2.
Jelaskan tiga hakekat
manusia ditinjau dari
dua substansi di
atas.
24
3.
Jelaskan hakekat kemanusiaan menurut Siagian.
4. Apa
yang dimaksud dengan Organisasi
5.
Sebutkan unsur-unsur pokok dalam organisasi.
6.
Jelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam organisasi.
7.
Bedakan organisasi perusahaan dengan organisasi sosial
8.
Jelaskanperkembangan
paradigm organisasi dari
masa ke
masa.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,Panji
dan Sri Suyati,1995,
Perilaku Keorganisasian, Pustaka
Jaya, Jakarta
Arifin,
Anwar, 2003, Komunikasi
Politik (Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi & Komunikasi Politik Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational
Behavior, 7th Ed., McGraw-
Hill International Edition.
Bimo,
Walgito. 2004, Pengantar
Psikologi Umum .
Yogyakarta,
Andi Offset
Charles,
Hampden Turner, 1992,
Creating Corporate Culture,
business Economics, Penerbit London
Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon,
1989, Human Behavior A Work;
Organizational Behavior,
New York McGraw
Hill
International
Djatmiko, Yayat Hayati, 2003, Perilaku
Organisasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung
Gerungan,
W.A., (2009), Psikologi
Sosial, PT Refika
Asitama,
Bandung.
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku,
Struktur dan Proses. Edisi
ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gitosudarmo,
Indriyo, 2000, Perilaku
Keorganisasian, BPFE,
Yogyakarta
Hampden, Charles
Turner, 1994, Colporate
Culture, London, Judy
Piatkus Ltd.
115
Hasibuan,
Malayu.S.P, 2006, Manajemen
Sumber Daya Manusia,
PT, Bumi Aksara, Jakarta
Hofstede,
Geert, 1997, Culture s
and Organization, New
York,
Washington D.C London, Me Craw-Hill,
Indrawijaya,
Adam, 1989, Perilaku
Organisasi, Penerbit Sinar
Baru
Bandung
John
C. Maxwellm, 2011,
The 5 Levels
Leadership, Mic Publising,
Surabaya
Jones,
Gareth R, 1995,
Organizational Theory, Text
and Cases, USA,
Addison Wesley, Inc.
Kartono,
Kartini, 2003, Pemimpinan
Dan Kepemimpinan, PT.
Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Kast,
Feremont E, James
F Rosenweig, Organisasi
dan Manajemen.
Edisi
ke empat, Terjamahan
Hasymi Ali, Penerbit
Bumi
AksaraJakarta
Keban,
Yeremias, 2008, Enam
Dimensi Strategis Administrasi
Publik,
Konsep, Teori dan Isu. Penerbit Gaya Media,
Yogyakarta
Krech,
Crutch Field, Ballached,
Individu In Sosiety,
Barkeley, New
York University, California.
Kumorotomo,
Wahyudi, 2008, Etika
Administrasi Negara, PT
Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Mangkunegara,
Anwar, Prabu, 2005,
Perilaku Dan Budaya
Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Muhyadi
. 1989, Organisasi
Teori , struktur
dan proses. Jakarta,
Lembaga Pendidikan dan Kependidikan
116
Nawawi, Hadari. H, Prof,Dr, 2000, Manajemen
Sumber DayaManusia,
Gajah Mada University Press, Yogyakart
Ndraha,
Taliziduhu, 2003, Budaya
Oraganisasi, Penerbit Rineka
Cipta Jakarta
Noor,
Isran, 2012, Politik
Otonomi Daerah, Untuk
Penguatan NKRI,
Penerbit Steven Strategic Study.
Ouchi,
William G, 1981. Theory Z.: Haw
American Business Can Meet
The
Jpanese Challenge, Tokyo
Japan : Reading-Mass,
: Addison
Wesley Publ. Coy. Inc
Pace,
R. Wayne dan
Don F Faules,
2006, Komunikasi Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Penerjemah Deddy
Mulyana, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
Rakhmat,
Jalaludin. 2005. Psiokologi
Komunikasi. Bandung, PT
Remaja Rosdakarya
Robbins,
Stephen.P, 2001, Perilaku
Organisasi, Edisi Bahasa
Indonesia, PT Prenallindo, Jakarta
------------,
2003, Perilaku Organisaisi, Buku 1 Edisi Bahasa Indonesia,
PT Indeks, Jakarta
------------,
2007, Perilaku Organisaisi,
Edisi Bahasa Indonesia,
PT
Prenallindo, Jakarta
Schein,
E.H. 1992, Organizational Culture and
Leadership : A Dynamic
View, Jossey-Bass, San Fransisco.
Siagian,
Sondang, 1997, Manajemen
Sumberdaya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta
Sigit,
Soehardi, 2003, Perilaku
Organisasional, Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
117
Sofyandi, Herman dan Iwa Gamiwa, 2007,
Perilaku Organisasional,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Solomon,
Robert,C, 1987, Etika
Suatu Pengantar, Penerbit
Erlangga,
Jakarta
Sukarno, Edi, 2002, Sistem Pengendalian
Manajemen Suatu Pendekatan
Praktiks, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahir, Arifin, 2010, Kebijakan Publik dan Transparansi
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Pustaka Press
Indonesia, Jakarta
Thoha,
Mifta, 2007, Perilaku
Organisasi, Konsep Dasar
dan
Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta