1.1
Pendahuluan
1)
Deskripsi Singkat : Pada
Bab ini dibahas
deskripsi umum
tentang
pengantar, sejarah dan
latar
belakang perilaku organisasi.
2)
Relevansi : Pada
bagian ini dibahas
tentang
pengantar,
sejarah dan latar
belakang
perilaku
organisasi. Dengan dasar
pemahaman
ini akan menjadi
landasan
bagi
mahasiswa untuk memahami
pengantar,
sejarah dan latar
belakang
perilaku
organisasi, bagian ini
merupakan
dasar untuk mempelajari,
mendalami
serta memahami
pentingnya
mengetahui perilaku
organisasi
3)
Kompetensi Dasar : Mahasiswa
mampu menjelaskan
tentang pengantar, sejarah dan dan latar
belakang perilaku organisasi
1.2
Penyajian
A.
Pengantar Perilaku Organisasi
Akhir-akhir
ini perkembangan perilaku
organisasi semakin
terasa
kemajuannya bahkan telah
menjadi sesuatu hal
yang ramai
dibicarakan
orang, bukan saja
di kalangan akademisi
tetapi para
politisi
dan para birokrasipun
berbicara tentang perilaku
organisasi.
Ini disadari karena
disamping perilaku organisasi
ini
mudah
dipahami, juga persoalan-persoalan organisasi
yang
cenderung
semakin ruwet, ditambah
pula berbagai persoalan-
persoalan manusia dengan berbagai karakter
dan perilaku berlanjut
menjadi
tantangan utama yang
sering dihadapi oleh
setiap
pimpinan organisasi baik orgnaisasi
pemerintah maupun organisasi
swasta
dewasa ini. Oleh
sebab itu seorang
pimpinan sangat
dituntut
peranannya untuk bagaimana
memahami perilaku
organisasi.
Robbins
(2007:17) mengemukakan, memahami
perilaku
organisasi
bagi seorang manajer
merupakan hal yang
sangat
penting.
Pandangan sepintas terhadap
sedikit perubahan dramatis
yang
sekarang ini terjadi
di banyak organisasi
mendukung
pertanyaan
ini. Sebagai contoh,
karyawan bisa menjadi
lebih tua;
semakin
banyak wanita dan
orang kulit berwarna
berada di
lingkungan
kerja; pengecilan ukuran
perusahan dan penggunaan
pekerja temporer yang begitu banyak
melemahkan ikatan kesetiaan
yang
dulunya mempererat karyawan
dengan para pemberi
kerja,
sertra
kompetisi global yang
mengharuskan karyawan lebih
fleksibel dan belajar menanggulangi perubahan
yang cepat. Dengan
demikian
tantangan yang sangat
menonjol dihadapi oleh
para
pimpinan
dalam setiap organisasi
adalah masalah perilaku
manusia itu sendiri.
Manusia
adalah faktor utama
yang sangat penting
dalam
setiap organisasi
apapun bentuknya. Ketika
manusia memasuki
dunia
organisasi maka itulah
awal perilaku manusia
yang berada
dalam
organisasi itu. Oleh
karena persoalan-persoalan manusia
senantiasa
berkembang berdasarkan situasi
dan kondisi dan
semakin
sulit dikendalikan, maka
persoalan-persoalan organisasi
dan khususnya persoalan perilaku organisasi
semakin hari semakin
berkembang.
Perilaku organisasi hakikatnya
mendasarkan pada
ilmu perilaku itu sendiri.
Warren Bennis (Thoha, 2007:3) meramalkan bahwa 25 sampai
50
tahun mendatang kita
semua akan ikut
berpartisipasi
menyaksikan akhir hayat dari
birokrasi, dan kita
akan mengetahui
terbitnya
suatu sistem sosial
yang lebih baik
dari abad kita
sekarang
ini. Selanjutnya Bennis
menandaskan bahwa perubahan
mendasar
dari konsep-konsep nilai
organisasi adalah di
dasarkan
pada
kemanusiaan yang menghapuskan
sifat-sifat depersonalisasi
dari mekanisme sistem birokrasi.
Ramalan
Bernis di atas seakan menempatkan
factor manusia
dalam
organisasi bukannya semakin
ditinggalkan melainkan
semakin
mendapat tanggapan yang
hangat bagi para
pemerhati
dan
para akademisi untuk mendiskusikan berbagai
teori-teori
organisasi di masa yang akan datang.
Selanjutnya
masih dalam Thoha,
berpendapat terdapat tiga
dimensi
pokok dalam setiap
mendiskusikan teori organisasi
yang
tidak bisa diabaikan. Ketiga
dimensi itu antara lain
dimensi teknis,
dimensi
konsep, dan dimensi
manusia. Jika ketiga
dimensi itu
berintegrasi,
maka akan mampu
menimbulkan suatu kegiatan
organisasi
yang efektif. Dimensi
teknik menekankan pada
skill
yang
dibutuhkan untuk menggerakkan
organisasi. Dimensi ini
berisi
skill para anggota
yang secara teknis
yang diperlukan
menggerakkan
organisasi, misalnya keahlian
komputer,
pemasaran,
enginering, dan lain
sebagainya. Tanpa skill
yang
dimiliki
oleh anggota organisasi
maka pasti organisasi
akan
stagnan.
Dimensi kedua adalah
dimensi konsep, yang
merupakan
motor
penggerak dari dimensi
pertama dan amat
erat
hubungannya
dengan dimensi ketiga
yakni dimensi manusia.
Jika
para birokra
dalam bekerja hanya mengandalkan
dimensi pertama,
dan
megabaikan dimensi kedua,
atau bahkan menelantarkan
dimensi
ketiga, maka akan
menimbulkan suatu iklim yang tidak
respektif
terhadap faktor pendukung
utama organisasi yakni
manusia. Oleh sebab itu ilmu perilaku
organisasi mengurangi sikap
birokrat
yang tidak respektif
tersebut, dengan menarik
sebagian
pandangannya
terpusat pada perilaku
manusia itu sendiri
sebagai
dimensi ketiga dalam sesuatu organisasi.
(Thoha,2007:4).
B.
Latar Belakang dan Sejarah Perilaku Organisasi
Minat
untuk mempelajari perilaku
manusia sebenarnya bisa
ditelusuri sejak dari awal periode sejarah. Hal ini dapat kita jumpai
dari
buah karya filosof
Yunani Plato, dimana
filosof ini membagi
jiwa
manusia menjadi 3
bagian, yakni ;
Philosopic (filsafat),
keinginan
untuk mencapai ilmu
pengetahuan, Sprited (ambisi),
aspek
jiwa manusia yang
berusaha untuk mencari
kekuasaan dan
ambisi dan Appetite (nafsu makan), suatu
keinginan manusia untuk
memenuhi
selera seperti makann,
minum, seks dan
uang. (the
philosophie,
the ambitious, and
the lovers of
gain. (dalam Indrawijaya,
1989: 14 dan Thoha, 2007 : 11)
Dari
konsep filosifi di
atas, Plato menggolongkan
manusia
atas
tiga tipe yakni,
filosofis, ambisius, dan
pencinta
keberuntungan. (lovers of gain)
Menurut
Thoha (2007), Pada
abad ke 20
muncul konsep-
konsep
baru tentang prilaku
manusia dan organisasi
antara lain
Max
Waber di Jerman, Henri Fayol
di Perancis dan Frederyc
Taylor di
Amerika
Serikat. Selanjutnya Thoha
menguraikannya sebagai
berikut:
a. Max
Weber
Weber
sebagai pemikir dalam
ilmu sosial lebih
banyak
orientasi
pemikirannya menekankan kepada
penjelasan mengenai
organisasi
dibanding dari pengembangan
suatu prinsip yang
bisa
dipakai untuk
mencapai tujuan praktis. Dua
aspek dari hasil
kerja
Weber
yang relevan dengan
perilaku organisasi yakni
: Pertama,
sebagai
seorang ahli ilmu
sosial, ia tertarik
untuk menjelaskan
preskripsinya
dari pertumbuhan organisasi
yang besar. Kedua,
dia
terkesan
akan kelemahan-kelemahan manusia
dengan
pertimbangan-pertimbangan yang
kadang-kadang tidak realitas
dan bahwa manusia mempunyai rasa emosi.
Secara
teori, suatu birokrasi
mempunyai berbagai sifat
yang
dapat
dibedakan dari ketentuan-ketentuan lain
dari suatu
organisasi.
Beberapa sifat yang
amat penting dapat
dikemukakan
sebagai berikut :
1.
Adanya spesialisasi, atau pembagian kerja.
2.
Adanya hirarki yang berkembang
3.
Adanya suatu sistem dari suatu prosedur dan aturan-aturan
4.
Adanya hubungan-hubungan kelompok
yang bersifat
impersonalitas.
5.
Adanya promosi dan
jabatan yang berdasarkan
atas
kecakapan.
Aspek-aspek perilaku yang dicerminkan dari
birokrasi Weber
dapat
dilihat dari penekanan
Weber pada struktur
yang
ditimbulkan
dari rasa tidak
percaya kepada kesanggupan
dan
kemampuan
manusia untuk menciptakan
rasionalitas tertentu,
mendapatkan
informasi yang baik,
dan membuat keputusan
yang
obyektif.
Premis perilakunya yang
nampak adalah bahwa
5
seseorang
itu membutuhkan bantuan
untuk sampai kepada
pertimbangan-pertimbangan yang
baik. Struktur adalah
jawabannya.
Dengan cara mengatur
tata hubungan kerja
di dalam
suatu organisasi dan dengan cara spesialisasi prosedur
dan aturan-
aturan,
maka keputusan akan
dapat dibuat secara
konsisten dan
sistimatis.
Unsur
yang sangat berperan
dalam suatu organisasi
dan
sangat meyakinkan bahwa suatu prosedur dipatuhi adalah otoritas
dan
rasa tanggung jawab
yang dipunyai oleh
para pejabatnya.
Untuk
itu Weber berpendapat
bahwa seorang pejabat
dapat
memperoleh
otoritas dengan mengidentifikasi sumber-sumber
otoritas sebagai berikut :
1.
Otoritas yang rasional dan sah,
hal ini diciptakan oleh tingkat
dan posisi
yang dipegang oleh
seseorang pejabat didalam
suatu hierarki;
2.
Otoritas yang tradisional,
ini diciptakan oleh
kelas-kelas
dalam masyarakat dan juga oleh adat
kebiasaan;
3.
Otoritas kharismatik, ini
ditimbulkan oleh potensi
kepribadian dari pejabat.
b.
Henry Fayol
Buku
yang sangat terkenal
hasil karya Henry
Fayol adalah
Administrasi
Industri dan Umum
(General and Industrial
Administration) tahun
1919, buku ini
begitu sangat mempengaruhi
pemikiran-pemikiran manajemen di Eropa.
Menurut Luther Gulick (dalam Thoha (2007),
orientasi sistem
fungsional
sangat berhasil dalam
menciptakan batas-batas dalam
usaha-usaha
riset tentang manajemen
untuk beberapa tahun
mendatang.
Dan teori administrasi
yang diusulkan oleh
Fayol ini
umumnya dikenal sebagai pendekatan
fungsional.
Fayol mencetuskan 14 prinsip yang terkenal,
yaitu:
1.
Spesialisisasi/pembagian
kerja, Dengan adanya
spesialisasi
ini
diharapkan dapat meningkat
produktivitas kerja dan
efisiensi.
2.
Wewenang, Wewenang adalah
hak dari para
manajer untuk
memberi
perintah dan juga
berhak menuntut kepatuhan
kepatuhan
dari yang diperintah. Wewenang
disatu pihak
menimbulkan
tanggung jawab kepada
pihak lain, yaitu
tanggung
jawab untuk melaksanakan
perintah. Ada dua
macam
wewenang yaitu; wewnang
formal dan wewenang
pribadi.
Wewenang formal adalah
wewenang Yang didapat
dari
atasannya untuk memberi
perintah kepada orang
lain.
Wewenang
pribadi adalah wewenang yang
didapat oleh
seseorang
karena pengetahuannya, pengalamannya, dan
sebagainya.
3.
Disiplin, Prinsip ini
menekankan bahwa anggota
organisasi
harus menghormati aturan dan kesepakatan
yang mengatur
organisasi itu.
4.
Kesatuan Komando, Setiap
orang dalam organisasi
hanya
menerima perintah dari satu atasan saja.
5.
Kesatuan arah, Hanya ada satu orang pimpinan
dengan satu
rencana
untuk semua kegiatan
kelompok organisasi dalam
mencapai tujuannya.
6.
Kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi, Semua
anggota
organisasi harus selalu
mendahulukan kepentingan
organisasi daripada kepentingan pribadinya. Hal ini harus
dilakukan
karena tanpa adanya
komitmen seperti itu,
suatu
organisasi tidak dapat maju dan berkembang.
7.
Pemberian upah, Pemberian
upah ini harus
sesuai dengan
usaha
yang telah dikeluarkan
dan sedapat mungkin
memuaskan kedua belah pihak.
8.
Sentralisasi, Adanya pemusatan
kekuasaan, yaitu pada
top
manajer.
Prinsip ini hanya berlaku
di perusahaan kecil.
Pada
perusahaan besar biasanya diterapkan
desentralisasi.
9.
Rantai skala, Menunjukan
garis wewenang dalam
organisasi
yang
menunjukan kedudukan dari
pimpinan puncak sampai
ketingkat
bawah. Garis wewenang
ini harus merupakan
rantai
komunikasi yang berjalan
lancar dari atas
sampai ke
bawah dan sebaliknya.
10.
Ketertiban, Maksud prinsip
ini adalah manusia
dan bahan-
bahan harus berada ditempat dan pada waktu
yang tepat.
11.
Keadilan, Maksud prinsip
ini adalah para
manajer harus
bersikap adil terhadap semua bawahannya dalam
setiap hal.
12.
Kestabilan organisasi ,
Organisasi harus menjaga supaya turn
over yang terjadi tidak terlalu tinggi, karena
tidak baik untuk
kelancaran kegiatan perusahaan.
13.
Inisiatif, Setiap anggota
dalam organiasi berhak
diberi
kesempatan membuat rencana dan
melaksanakannya.
14.
Semangat kesatuan, Harus
diciptakan rasa bangga
teradap
organisasinya, karena dapat meningkatkan
persatuan.
Pandangan-pandangan Fayol
dianggap sebagai suatu
pemikiran
tentang
organisasi-administratif.
Dia berpendapat
bahwa
semua organisasi terdiri
dari unit atau
subsistem sebagai
berikut :
1)
Aspek-aspek teknik dan
komersial dari kegiatan
pembelian
produksi dan penjualan.
2)
Kegiatan-kegiatan keuangan yang
berhubungan dengan
masalah-masalah permintaan dan pengendalian
kapital.
3)
Unit-unit keamanan dan perlindungan
4)
Fungsi perhitungan, dan
5)
Fungsi administrasi dari
perencanaan, organisasi,
pengarahan, koordinasi dan pengendalian.
c.
Frederick Winslow Taylor
Frederick
Winsloe Taylor dari Amerika
Serikat mengenalkan
prinsip-prinsip manajemen ilmiah (Principle
of Scientific Manajemen).
Taylor
mengusulkan 3 hal
sebagai tujuan dari
gerakannya, antara
lain :
1)
Untuk menegaskan lewat
contoh-contoh yang sederhana,
bahwa
Amerika Serikat telah
dirugikan banyak sekali
akibat
karena
tidak adanya efisiensi
di hampir setiap
usaha pada
tiap harinya.
2)
Mencoba untuk meyakinkan
kepada masyarakat Amerika
Serikat bahwa pengobatannya terletak pada manajemen yang
sistimatis
bukan pada usaha
mencari orang-orang yang
istimewa.
3)
Untuk membuktikan bahwa
manajemen yang baik
adalah
suatu ilmu yang tepat yang berdasarkan pada
hukum-hukum
yang jelas, aturan-aturan
dan prinsip-prinsip. Dan
untuk
menunjukkan
bahwa prinsip-prinsip manajemen
ilmiah
adalah bisa diterapkan pada setiap bentuk
aktifitas manusia.
d.
Gerakan Hubungan Kemanusiaan
Perkembangan
sejarah berikutnya di
tandai dengan gerakan
hubungan kemanusiaan (the human relations
movement). Gerakan ini
dalam praktik manajemen memberikan penekanan
pada kerja sama
dan
semangat kerja atau
moral karyawan. Penekanan
ini dapat
digolongkan ke dalam aspek hubungan kemanusiaan
tersebut.
Raymond
Miles (dalam Thoha,
2007) menyatakan bahwa
pendekatan
hubungan kemanusiaan secara
sederhana
menempatkan
karyawan sebagai manusia.
Tidak sebagai mesin
yang
dipergunakan dalam berproduksi,
memahami kebutuhan-
kebutuhan
manusia yang ingin
dianggap ada dan
merasa
diperhatikan
dengan cara didengarkan
dan diperhatikan keluhan-
keluhannya
jika memungkinkan, dan
melibatkan mereka dalam
pengambilan-pengambilan keputusan
tertentu baik mengenai
kondisi
pekerjaannya atau msalah-masalah lainnya.
Kesemuanya
ini
akan meningkatkan semangat
kerja karyawan secara
pasti
dalam
bekerja sama untuk
mencapai produksi yang
lebih baik.
Senada
dengan hal tersebut
di atas Siagian
(1997:39)
mengemukakan
bahwa pelopor utama
gerakan ini adalah
Ekton
Mayo.
Seorang ahli psikologi
dari Universitas Harvard yang
telah
melakukan
penelitian dengan istilah
“Hawtorne Experiment.
Hipotesa
yang ingin dibuktikan
dalam penetian ini
adalah bahwa
ada factor-faktor tertentu yang mempengaruhi
pada sikap, perilaku
dan
produktivitas para pekerja.
Temuan mereka menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku positif serta
produktivitas para karyawan
tidak terlalu dipengaruhi oleh fasilitas dan
kondisi kerja, melainkan
oleh
perhatian yang diberikan
oleh manajemen pada
mereka.Temuan
kedua ialah bahwa
perilaku oleh seorang
pekerja
sangat
ditentukan oleh dan
terikat pada norma-norma
kelompok
kerja dimana seseorang menjadi anggota.
C.
Soal Latihan
1.
Jelaskan tiga dimensi
organisasi dalam kaitannya
dengan
perilaku organisasi
2.
Minat mempelajari perilaku
organisasi telah ditemui
pada
buah karya Plato, jelaskan kary Plato
dimaksud.
3.
Sebutkan dua aspek hasil karya
Webber yang releven dengan
perilaku organisasi.
4.
Sebutkan teori Webber,
bahwa birokrasi mempunyai
sifat
yang amat penting.
5.
Apa yang kau
ketahui tentang Gerakan
Hubungan
Kemanusiaan dalam perkembangan perilaku
organisasi.
No comments:
Post a Comment