A. Pengertian
Perilaku Organisasi
Perbagai
pengertian perilaku organisasi
telah banyak
dikemukakan
oleh para ahli,
perilaku organisasi sebagai
terjemahan dari organizational behavio, tentunya disini
penulis tidak
memperbincangkan apakah terjemahan itu sudah tepat atau
belum.
Menurut penulis terjemahan tersebut sudah tepat dan
mengandung
pengertian sesuai dengan istilahnya.
Perilaku
Organisasi adalah suatu
studi yang menyangkut
aspek-aspek tingkah
laku manusia dalam
suatu organisasi atau
suatu kelompok
tertentu. Ia meliputi
aspek yang ditimbulkan dari
pengaruh
organisasi terhadap manusia
demikian pula aspek
yang
ditimbulkan
dari pengaruh manusia
terhadap organisasi. Tujuan
praktis dari penelaahan
studi ini adalah
untuk mendeterminasi
bagaimanakan
perilaku manusia itu
mempengaruhi usaha
pencapaian
tujuan-tujuan organisasi. (Thoha
, 2007 :
5). Dalam
perspektif
system pengendalian manajemen,
Sokarno, 2002:11,
mengemukakan
bahwa perilaku organisasi
merupakan “crucial”
untuk dapat memahami,
menjelaskan, memperkirakan dan
mempengaruhi/mengubah
perilaku manusia yang
terjadi di
organisasi
tempat kerja. Pengertian
ini mengandung tiga
unsur
pengertian
yaitu 1) perilaku
organisasi mencermati tingkah
laku
yang kasat mata,
seperti diskusi dngan
temankerja,
mengoperasikan
computer, menyuusun laporan.;
2) perilaku
organisasi
mempelajari tingkah laku
manusia sebagai individu
maupun
sebagai anggota kelompok
organisasi; 3) perilaku
kelompok juga menganalisis
perilaku kelompok dan
organisasi
sendiri.
Menurut
Duncan yang dikutip
oleh Thoha bahwa
bidang
baru dari ilmu
tingkah laku yang
dikembangkan dengan titik
perhatiannya
pada pemahaman perilaku
manusia di dalam
suatu
organisasi yang sedang berproses, dinamakan perilaku
organisasi.
Serentetan
defenisi tentang perilaku
organisasi selalu titik
awal
pemberangkatannya dimulai dari
perilaku manusia dan
atau
lebih banyak menekankan pada aspek-aspek psikologi dari tingkah
laku
individu. Hal-hal lain
yang kiranya bisa
dipertimbangkan,
seperti yang dijelaskan oleh Duncan, (1984 : 7) antara lain :
1. Studi perilaku
organisasi termasuk di
dalamnya bagian-
bagian yang relevan
dari semua ilmu
tingkah laku yang
berusaha
menjelaskan
tindakan-tindakan manusia di
dalam
organisasi. Oleh karenanya semenjak uang merupakan bagian
dari alasan orang
untuk mencari pekerjaan,
maka aspek
ekonomi tertentu adalah relevan bagi ilmu organisasi ini.
Dan
juga sejak tingkah
laku orang dipengaruhi oleh perfomannya,
maka psikologi
adalah relevan pula, sosiologi
demikian pula,
ia bisa menjelaskan
pengertian pengaruh kelompok terhadap
tingkah laku individu.
2. Perilaku organisasi
sebagaimana suatu disiplin
mengenal
bahwa
individu dipengaruhi oleh
bagaimana pekerjaan
diatur dan siapa
yang bertanggung jawab
untuk
pelaksanaanya.
Oleh karenanya ilmu
ini memperhitungkan
pula pengaruh struktur
organisasi terhadap perilaku
individu.
3. Walaupun dikenal
adanya keunikan pada
individu, namun
perilaku
organisasi masih memusatkan
pada kebutuhan
manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan
bisa
dijalankan. Sehingga kesimpulannya
ilmu ini
mengusulkan
beberapa cara agar
usaha-usaha individu itu
bisa terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Gito Sudarmo,
(2000 : 4) memberikan defenisi bahwa perilaku
keorganisasian
adalah merupakan bidang
ilmu yang mempelajari
tentang
interaksi manusia dalam
organisasi yang meliputi
studi
secara
sistematis tentang perilaku,
struktur dan proses
di dalam
organisasi.
Larry L. Cummings,
(Dalam Thoha, 2007:7)
Presiden dari
Akademi
Manajemen di Amerika
Serikat memberikan suatu
analisa
perbedaan antara perilaku
organisasi dengan disiplin
lain
yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku. Menurut
Cummings
perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :
1. Perbedaan antara
Perilaku Organisasi dengan
Psikologi
Organisasi
antara lain :
psikologi organisasi membatasi
konstruksi
penjelasannya pada tingkat
psikologi saja, akan
tetapi
Perilaku Organisasi konstruksi
penjelasannya berasal
dari multi disiplin.
Kesamaan keduanya ialah
kedua bidang
tersebut
menjelaskan perilaku orang-orang
di dalam suatu
organisasi.
2. Perbedaan antara
Perilaku Organisasi dengan
Teori
Organisasi
didasarkan pada dua
perbedaan antaranya unit
analisanya
dan pusat variabel
tak bebas. Perilaku
organisasi
dirumuskan
sebagai suatu studi
dari tingkah laku
individu
dan kelompok di dalam
suatu organisasi dan
penerapan dari
ilmu
pengetahuan tertentu. Teori
organisasi adalah studi
tentang
susunan, proses, dan
hasil-hasil dari organisasi
itu
sendiri.
3. Perbedaan antara
Perilaku Organisasi dengan
Personnel dan
Human
Resourcer adalah bahwa
Perilaku Organisasi lebih
menekankan pada
orientasi konsep, sedangkan Personnel
dan
Human
Resources (P&HR) menekankan
pada teknik dan
teknologi.
Variabel-variabel tak bebas,
seperti misalnya
tingkah laku
dan reaksi-reaksi yang efektif dalam
organisasi,
seringkali
muncul pada keduanya.
Personnel dan Human
Resourcer (P&HR) nampaknya berada pada permukaan
antara
organisasi
dan individu, dengan
menekankan pada
pengembangan
dan pelaksanaan system
pengangkatan,
pengembangan,
dan motivasi dan
individu-individu di
dalam suatu organisasi.
B. Perilaku
Individu dalam Organisasi
Sebagaimana
diterangkan dalam bab
terdahulu bahwa
manusia
adalah salah satu
dimensi dalam organisasi
yang amat
penting,
merupakan salah satu
faktor dan pendukung
organisasi.
Perilaku
organisasi hakikatnya adalah
hasil-hasil integrasi antara
individu-individu
dalam organisasinya. Oleh
karena itu untuk
memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih
dahulu
individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut.
Menurut David A.Nadler
(1970) sebagaimana dikemukakan
oleh Anoraga (1995:54)
dan Thoha (2007:33)
bahwa perilaku
manusia adalah sebagai
suatu fungsi dari
integrasi antara person
atau individu dengan
lingkungannya. Sebagai gambaran
dari
pemahaman
ungkapan ini, misalnya
seorang tukang parkir
yang
melayani
memparkir mobil, seorang
tukang pos yang
menyampaikan
surat-surat ke alamat,
seorang karyawan asuransi
yang datang ke
rumah menawarkan jasa
asuransinya, seorang
perawat di rumah
sakit, dan juga
seorang manajer di
kantor yang
membuat
keputusan. Berbagai karakter
yang diperlihatkan oleh
individu sesuai dengan jabatanya tentunya akan
berbeda-beda. Dan
perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya
yang memang berbeda.
31
Karakter yang dibawah individu ke dalam tatanan organisasi
kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan
kebutuhan, dan
pengalaman masa
lalunya. Ini semuanya adalah karakteristik yang
dipunyai
individu, dan karakteristik
ini akan dibawa
olehnya
manakala ia akan
memasuki sesuatu lingkungan
baru, yakni
organisasi
atau lainnya. Organisasi
yang juga merupakan
suatu
lingkungan
bagi individu mempunyai
karakteristik pula. Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya keteraturan yang
diwujudkan
dalam susunan hirarki,
pekerjaan-pekerjaan, tugas-
tugas,
wewenang dan tanggung
jawab, sistem penggajian
(reward
system), sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Jikalau
karakteristik individu terintegrasi
dengan
karakteristik
organisasi maka akan
terwujudlah perilaku individu
dalam organisasi.
Ungkapan
pengertian dia atas
dapat dirumuskan dengan
“Perilaku adalah
suatu fungsi dari
integrasi antara seorang
individu dengan lingkungannya”
Dengan kata lain
bahwa ketika seseorang
individu
berinteraksi
dengan lingkungannya, maka
disitulah awal
terbentuknya
perilaku secara langsung.
Demikian pula individu
dengan organisasi tidak jauh berbeda dengan pengertian
ungkapan
tersebut.
Keduanya baik individu
maupun organisasi dengan
karakternya
masing-masing terintegrasi maka
akan menimbulkan
perilaku individu dalam organisasi.
Sementara
itu, Kast dan
James (2002;390), mengemukakan
perilaku
adalah cara bertindak,
ia menunjukkan tingkah
laku
seseorang. Pola perilaku
adalah mode tingkah
laku yang dipakai
seseorang
dalam melaksanakan kgiatan-kegiatannya. Dikatakan
bahwa proses perilaku
serupa untuk semua
individu, walaupun
pola
perilakunya mungkin berbeda.
Ada 3 asumsi
yang saling
berkaitan
mengenai perilaku manusia,
yakni: 1) perilaku
itu
disebabkan
(caused), 2) perilaku
itu digerakkan (motivated),
3)
perilaku itu ditunjukan pada sasaran. Ketiga unsur ini
saling terkait
dalam modal dasar
perilaku individu dan
berlaku kepada siapa
dan kapan saja.
Setiap individu berperilaku
ketika ada ransangan
dan memiliki sasaran
tertentu. Perialku ke
arah sasaran, timbul
karena ada ransangan
dan semua perilaku
ada penyebabnya.Yang
pokok dalam proses
ini adalah jarak (gap)
antara kondisi sekarang
dengan
kondisi yang diinginkan
dan perilaku yang
timbil untuk
menutup jarak (gap)
itu. Ransangan disaring
melalui system
keinginan
atau kebutuhan yang
mungkin bermacam-macam
bentuknya
C. Sifat-Sifat
Individu Dalam Organisasi
Salah satu cara
untuk memahami sifat-sifat
manusia ialah
dengan
menganalisa kembali prinsip-prinsip dasar
yang
merupakan
salah satu bagian
daripadanya. Prinsip-prinsip dasar
itu
sebagaimana dikemukakan oeh
Thoha, (2007:36) sebagai
berikut:
1. Manusia berbeda
perilakunya, karena kemampuannya
tidak
sama
Mempelajari
prinsip dasar kemampuan
amat penting agar
dapat
diketahui mengapa seseorang
berbuat dan berperilaku
berbeda
dengan yang lain.
Dengan adanya keterbatasan
kemampuan
ini, maka setiap
orang didalam melaksanakan
tugasnya akan tidak
sama pula. Demikian
pula dengan seorng
pemimpin. Ada seorang pemimpin bisa mengatasi persoalan yang
rumit hanya memerlukan
beberapa saat saja,
tetapi tidak
demikianlah dengan pimpinan yang lain, ia memerlukan
puasa tiga
hari tiga malam, berkonsultasi dengan orang tua disuatu
desa yang
diagung-agungkan,
dan banyak cara
yang dilakukan.Keterbatasan
kemampuan ini yang
membuat seseorang bertingkah
laku yang
berbeda. Banyak yang diinginkan manusia, tetapi jawaban
manusia
untuk
mewujudkan keinginannya itu
terbatas, sehingga
menyebabkan semua yang diinginkan itu tidak tercapai.
Ada yang beranggapan
bahwa perbedaan kemampuan
ini
karena
disebabkan sejak lahir
manusia ditakdirkan tidak
sama
kemampuannya.
Ada pula yang
beranggapan bukan disebabkan
sejak lahir, melainkan
karena perbedaanya menyerap
informasi
dari suatu gejala.
Ada lagi yang
beranggapan bahwa perbedaan
kemampuan itu disebabkan
kombinasi dari keduanya.
Oleh
karenanya
kecerdasan merupakan salah
satu perwujudan dari
kemampuan
seseorang, ada pula
yang beranggapan bahwa
adapula yang beranggapan
karena didikan dan
pengalaman.
Namun
demikian ada pula yang
membenarkan bahwa kecerdasan
(IQ)
seseorang itu dipengaruhi
oleh tingkat keterbatasan
karena
adanya pembatasan-pembatasan psyhis (physiological
limitation).
Lepas dari setuju
atau tidak setuju dari perbedaan-perbedaan
tersebut
ternyata bahwa kemampuan
seseorang dapat
membedakan
perilakunya. Dan karena perbedaan
kemampuannya
ini maka dapat
kiranya dipergunakan untuk
memprediksi
pelaksanaan
dan hasil kerja
seseorang yang bekerja sama
di dalam
suatu organisasi tertentu.
Disinilah
mengapa kita perlu memahami sifat-sifat
manusia,
karena dengan memahami
hal tersebut dimana
mengapa setiap
orang berbeda maka
kita akan paham
mengapa seseorang
berperilaku
berbeda dengan yang
lain di dalam
melaksanakan
suatu kerja yang sama.
2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Para ahli sepakat
bahwa manusia ini
berperilaku karena di
dorong oleh serangkaian
kebutuhan. Dengan adanya
kebutuhan
yang ada dalam
diri setiap individu,
hal ini mendorong
semangatnya untuk berbuat dalam mencapainya sesuatu objek
atau
hasil.
Kebutuhan seseorang berbeda dengan kebutuhan
orang lain.
Seseorang karyawan yang didorong untuk mendapatkan
tambahan
gaji supaya dapat
hidup satu bulan
dengan keluarganya, tingkah
perilakunya
jelas akan berbeda
dengan karyawan yang
didorong
oleh
keinginan memperoleh kedudukan
agar mendapatkan harga
diri di dalam masyarakat.
Pemahaman kebutuhan yang berbeda dari seseorang ini amat
bermanfaat untuk
memahami konsep perilaku
seseorang di dalam
organisasi.
Hal ini bisa
dipergunakan untuk memprediksi
dan
menjelaskan
perilaku yang berorientasi tujuan
di dalam
kerja sama
organisasi.
Ini juga dapat
menolong kita untuk
memahami
mengapa suatu hasil
dianggap penting bagi
seseorang, dan juga
menolong
kepada kita untuk
mengerti hasil manakah
yang akan
menajdi terpenting untuk menentukan spesifikasi individu.
3. Orang
berfikir tentang masa
depan, dan membuat
pilihan
tentang bagaimana bertindak.
Kebutuhan-kebutuhan
manusia dapat dipenuhi
lewat
perilakunya
masing-masing. Didalam banyak
hal, seseorang
dihadapi
dengan sejumlah kebutuhan
yang potensial harus
dipenuhi
lewat perilaku yang
diperilakunya. Cara untuk
menjelaskan
bagaimana seseorang membuat
pilihan di antara
sejumlah
besar rangkaian pilihan
perilaku yang terbuka
baginya,
adalah dengan mempergunakan
penjelasan teori expectancy
(pengharapan). Teori ini didasarkan atas
proposisi yang sederhana
yakni bahwa seseorang
memilih berperilaku sedemikian
karena ia
yakin dapat mengerjakan
untuk mendapatkan sesuatu
hasil
tertentu
(misalkan mendapatkan hadiah
atau upah, dan
dikenal
oleh atasan yang
menarik baginya karena
sesuai dengan tuntutan
kebutuhannya)
4. Seseorang
memahami lingkungannya dalam
hubungannya
dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.
Memahami
lingkungan adalah suatu
proses yang aktif
dimana
seseorang mencoba membuat
lingkungannya itu
mempunyai
arti baginya. Proses
yang aktif melibatkan
seseorang
individu
mengakui secara selektif
aspek-aspek yang berbeda
dari
lingkungan,
menilai apa yang
dilihatnya dalam hubungannya
dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang
dialami
dalam
kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhannya dan
nilai-
nilainya.
Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan
pengalaman
seseorang itu seringkali
berbeda sifatnya, maka
persepsi terhadap
lingkungan juga akan berbeda.
Suatu contoh, orang-orang
yang berada dalam
organisasi
yang sama seringkali
mempunyai perbedaan di
dalam
berpengharapan
(expectancy) mengenai suatu
jenis perilaku yang
membuahkan
suatu penghargaan, misalnya
naiknya gaji dan
cepatnya promosi.
5. Seseorang
itu mempunyai reaksi-reaksi
senang atau tidak
senang ( affective)
Orang-orang jarang bertindak netral mengenai suatu hal
yang
mereka
ketahui dan alami.
Dan mereka cenderung untuk
mengevaluasi
sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau
tidak senang. Selanjutnya,
evaluasinya itu merupakan
salah satu
faktor yang teramat
sulit di dalam
mempengaruhi perilakunya
dimasa yang akan datang.
Perasaan senang dan
tidak senang ini
akan menjadikan
seseorang
berbuat yang berbeda
dengan orang lain
dalam rangka
menanggapi
sesuatu hal. Seseorang
bisa puas mendapatkan
gaji
tertentu
karena bekerja di
suatu tempat tertentu,
orang lain pada
tempat yang sama merasa tidak puas. Kepuasan dan
ketidakpuasan
ini
ditimbulkan karena adanya
perbedaan dari sesuatu
yang
diterima dengan sesuatu yang diharapkan seharusnya
diterima.
Sesuatu jumlah yang oleh seseorang dirasakan harus
diterima
oleh orang lain.
Orang acapkali membandingkan
apa yang ia
terima dalam
suatu situasi kerja tertentu dengan apa
yang diterima
orang lain dalam situasi yang sama. Jika hasil perbandingannya ia
rasakan tidak adil,
maka timbullah rasa
tidak puas terhadap
hasil
yang diterima.
D. Kepribadian
Berbicara
tentang kepribadian sering
diidentikkan dengan
perilaku.
Hubungan antar kepribadian
dengan perilaku memang
agak rumit dipahami
oleh setiap manajer.
Ketika kita berbicara
mengenai
kepribadian, kita tidak
memaksudkan bahwa seorang
mempunyai
pesona (charm), suatu
sikap positif terhadap
hidup,
wajah yang tersenyum.
Bila para psikolog
bicara mengenai
kepribadian,
mereka maksudkan suatu
konsep dinamis yang
menggambarkan
pertumbuhan dan pengembangan
dari sistem
psikologis
keseluruhan dari seseorang.
Bukannya memandang
pada bagian-bagian
dari pribadi itu, kepribadian
memandang pada
keseluruhan agregasi yang lebih besar daripada jumlah dari bagian-
bagian.
Definisi yang paling
sering digunakan dari
kepribadian oleh
Gordon
Allport hampir 60
tahun yang lalu.
Ia mengatakan bahwa
kepribadian
adalah “ organisasi
dinamis pada masing-masing
sistem psikofisik
yang menentukan penyesuaian
unik terhadap
lingkungannya”
(Robbins, 2001 :
50). Banyak penulis
yang
memberikan
defenisi kepribadian yang
berbeda, tetapi pada
umumnya ada kesamaan,
yaitu sesuatu yang
unik pada diri
seseorang jika berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungannya.
Sigit (2003 : 26) menyatakan bahwa kepribadian adalah
unik,
karena tidak ada orang yang sama persis dengan orang
lain, paling-
paling hanya mirip saja.
39
Tanpa mempersoalkan
bagaimana orang mendefeniskan
kepribadian,
beberapa prnsip pada
umumnya yang diterimaoleh
para ahli psikologi adalah sebagai berikut :
1.
Kepribadian adalah suatu
keseluruhan yang terorganisasi,
apabila tidak, individu tidak mempunyai arti;
2.
Kepribadian kelihatannya diorganisasi
dalam pola tertentu.
Pola ini sedikit banyak dapat diamati dan diukur;
3. Walaupun kepribadian
mempunyai dasar biologis,
tetapi
perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkungan
social
dan kebudayaan;
4. Kepribadian
mempunyai beberapa segi yang
dangkal, seperti
sikap untuk menjadi
pemimpin, dan inti
yang lebih dalam
seperti sentimenmengenai wewenang atau etik kerja;
5. Kepribadian
mencakup ciri-ciri umum dank has. Setiap orang
berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, sedangkan
dalam
beberapa hal serupa.
Dari kelima prinsip di atas, Sofyandi 2007:74,
mengemukakan
bahwa
kepribadian ialah seperangkat
karakteristik yang relative
mantap,
kecenderungan dan perangai
yang sebagian besar
dibentuk oleh factor-faktor
keturunan dan factor-faktor
social,
kebudayaan dan lingkungan.
Nilai-Kast dan james (2002:350), memberikan batasan tentang
kepribadian
seseorang merupakan kombinasi
yang kompleks dari
sifat fisik dan
mental,nilai-nilai, sikap, kepercayaan,
selera, minat
kebiasaan,
dan ciri-ciri lain
yang mebentuk suatu
diri yang unik.
(unique self).
Oleh sebab itu
yang dimaksud dengan
kepribadian dalam
tulisan ini adalah
kombinasi daripada karakteristik-karakteristik
mental dan phisikal
yang tampak unik
dan stabil pada
seseorang
40
yang sering timbul
pada waktu ia
berinteraksi dengan orang
lain
atau lingkungan.
E. Determinan
Kepribadian
Argumentasi
awal yang sering
diperdebatkan dalam riset
kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil
keturunan
atau lingkungan. Apakah
kepribadian ditentukan
sebelumnya
saat kelahiran, ataukah
itu akibat dari
interaksi
individu itu dengan lingkungannya?
Jelas, tidak ada
jawaban hitam putih
yang sederhana.
Kepribadian
tampaknya merupakan suatu
hasil dari kedua
pengaruh itu. Tambahan
pula, dewasa ini
kita mengenali suatu
faktor ketiga situasi.
Dengan demikian kepribadian
seorang pada
umumnya
terbentuk oleh faktor
keturunan maupun lingkungan,
yang diperlunak (moderated) oleh kondisi situasi,
1. Keturunan
Keturunan
merujuk ke faktor-faktor
yang ditentukan pada
saat pembuahan. Sosok
fisik, daya tarik
wajah, kelamin,
temperamen,
komposisi otot dan
refleks, tingkat energi,
dan ritme
hayati
merupakan karakteristik yang
umumnya dianggap sebagai
atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi oleh
siapa kedua
orangtua
anda, yaitu oleh
susunan hayati, faali
(fisiologis) dan
psikologis
yang melekat. Pendekatan
keturunan berargumen
bahwa
penjelasan paling akhir
dari kepribadian seorang
individu
adalah struktur
molekul dari gen,
yang terletak dalam
kromosom.
Lombroso ( dalam
Sofyandi 2007:79), seorang
menjadi penjahat
karena memang ia
sudah dilahirkan sebagai
penjahat. Lombroso
tidak tidak terlalu
memperhatikan pengaruh lingkungan.
Menurutnya
pengaruh bawaan atau
turunan sangat dominan
membentuk kepribadian seseorang. Itulah sebabnya
mengapa para
41
manajer
sangat memerlukan latar
belakang kehidupan seseorang
ketika proses rekruiment.
2. Lingkungan
Faktor lain yang
memiliki peran yang cukup signifikan
pada
pembentukan
kepribadian kita adalah
budaya dimana kita
dibesarkan.
Pengkondisian dini, norma-norma
diantara keluarga,
teman-teman,
dan kelompok–kelompok sosial,serta
pengaruh–
pengaruh lain yang
kita alami. Lingkungan yang dipaparkan pada
kita memainkan
suatu peran yang
cukup besar dalam membentuk
kepribadian
kita. Tokoh yang
sangat terkenal denga
teori “Tabula
Rasa” Jhon Locke,
menurutnya bahwa seorang
bayi yang
dilahirkan itu adalah
ibarat selembar kertas
putih. Lingkunganlah
yang dapat menentukan
apakah kertas putih
itu akan menjadi
hitam, kuning, merah atau apapun juga.
Para ahli sepakat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh
lingkungannya. Jika
seseorang dibentuk dalam rumah
tangga yang
bahagia, pola perilaku akan bersikap baik misalnya dalam
sifat-sifat
yang positif
seperti peramah, gembira,
sabar, toleran, mdah
diajak
kerja sama, tidak
egois danlain-lain. Sebaliknya,
jika seseorang
dibesarkan
dalam keluarga yang
tidak bahagia dimana
kedua
orang tuanya yang
sering bertengkar maka
sifat-sifat seperti
digambarkan di atas tidak akan nampak.
3. Situasi
Faktor
ketiga, situasi, memepengaruhi
dampak keturunan
dan
lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang,
walaupun pada umumnya
mantap dan konsisten,
berubah dalam
situasi yang berbeda.
Tuntutan yang berbeda
dari situasi yang
berlainan
memunculakn aspek-aspek yang
berlainan dari
42
kepribadian
seseorang. Oleh karena
itu hendaknya kita
tidak
melihat pola kepribadian dalam keterpencilan (isolasi).
Sementara
tampaknya logis untuk
mengendalikan bahwa
situasi akan mempengaruhi
kepribadian seseorang, untuk
suatu
bagan
klasifikasi yang rapi
akan mengatakan kepada
kita dampak
berbagai tipe
situasi sejauh ini tidak kita punyai. “Tampaknya kita
belum sampai pada pengembangan suatu sistim untuk
menjelaskan
situasi
sehingga suatu itu
dapat dipelajari secara
sistimatis”
Bagaimanapun,
kita memang tahu
bahwa situasi tertentu
lebih
relevan daripada situasi lain dalam mempengaruhi
kepribadian.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,Panji
dan Sri Suyati,1995,
Perilaku Keorganisasian, Pustaka
Jaya, Jakarta
Arifin,
Anwar, 2003, Komunikasi
Politik (Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th
Ed., McGraw-
Hill International Edition.
Bimo,
Walgito. 2004, Pengantar
Psikologi Umum .
Yogyakarta,
Andi Offset
Charles,
Hampden Turner, 1992,
Creating Corporate Culture,
business Economics, Penerbit London
Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon, 1989, Human Behavior A Work;
Organizational Behavior, New
York McGraw Hill
International
Djatmiko, Yayat Hayati, 2003, Perilaku Organisasi,
Penerbit Alfabeta,
Bandung
Gerungan,
W.A., (2009), Psikologi
Sosial, PT Refika
Asitama,
Bandung.
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan
Proses. Edisi
ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gitosudarmo,
Indriyo, 2000, Perilaku
Keorganisasian, BPFE,
Yogyakarta
Hampden,
Charles Turner, 1994,
Colporate Culture, London,
Judy
Piatkus Ltd.
115
Hasibuan,
Malayu.S.P, 2006, Manajemen
Sumber Daya Manusia,
PT, Bumi Aksara, Jakarta
Hofstede,
Geert, 1997, Culture s
and Organization, New
York,
Washington D.C London, Me Craw-Hill,
Indrawijaya,
Adam, 1989, Perilaku
Organisasi, Penerbit Sinar
Baru
Bandung
John C. Maxwellm,
2011, The 5
Levels Leadership, Mic
Publising,
Surabaya
Jones, Gareth R,
1995, Organizational Theory,
Text and Cases,
USA,
Addison Wesley, Inc.
Kartono,
Kartini, 2003, Pemimpinan
Dan Kepemimpinan, PT.
Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Kast,
Feremont E, James
F Rosenweig, Organisasi
dan Manajemen.
Edisi ke empat,
Terjamahan Hasymi Ali,
Penerbit Bumi
AksaraJakarta
Keban,
Yeremias, 2008, Enam
Dimensi Strategis Administrasi
Publik,
Konsep, Teori dan Isu. Penerbit Gaya Media, Yogyakarta
Krech, Crutch Field,
Ballached, Individu In
Sosiety, Barkeley, New
York University, California.
Kumorotomo,
Wahyudi, 2008, Etika
Administrasi Negara, PT
Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Mangkunegara,
Anwar, Prabu, 2005,
Perilaku Dan Budaya
Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Muhyadi . 1989,
Organisasi Teori ,
struktur dan proses.
Jakarta,
Lembaga Pendidikan dan Kependidikan
116
Nawawi, Hadari. H, Prof,Dr, 2000, Manajemen Sumber
DayaManusia,
Gajah Mada University Press, Yogyakart
Ndraha,
Taliziduhu, 2003, Budaya
Oraganisasi, Penerbit Rineka
Cipta Jakarta
Noor, Isran, 2012,
Politik Otonomi Daerah,
Untuk Penguatan NKRI,
Penerbit Steven Strategic Study.
Ouchi, William
G, 1981. Theory Z.: Haw American
Business Can Meet
The Jpanese Challenge,
Tokyo Japan :
Reading-Mass, : Addison
Wesley Publ. Coy. Inc
Pace, R. Wayne
dan Don F
Faules, 2006, Komunikasi
Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Penerjemah Deddy
Mulyana, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Rakhmat,
Jalaludin. 2005. Psiokologi
Komunikasi. Bandung, PT
Remaja Rosdakarya
Robbins,
Stephen.P, 2001, Perilaku
Organisasi, Edisi Bahasa
Indonesia, PT Prenallindo, Jakarta
------------,
2003, Perilaku Organisaisi, Buku 1 Edisi Bahasa Indonesia,
PT Indeks, Jakarta
------------,
2007, Perilaku Organisaisi,
Edisi Bahasa Indonesia,
PT
Prenallindo, Jakarta
Schein, E.H. 1992,
Organizational Culture and Leadership :
A Dynamic
View, Jossey-Bass, San Fransisco.
Siagian,
Sondang, 1997, Manajemen
Sumberdaya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta
Sigit,
Soehardi, 2003, Perilaku
Organisasional, Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
Sofyandi, Herman dan Iwa Gamiwa, 2007, Perilaku
Organisasional,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Solomon,
Robert,C, 1987, Etika
Suatu Pengantar, Penerbit
Erlangga,
Jakarta
Sukarno, Edi, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen Suatu Pendekatan
Praktiks, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahir, Arifin, 2010,
Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Pustaka Press Indonesia, Jakarta
Thoha, Mifta, 2007,
Perilaku Organisasi, Konsep
Dasar dan
Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
No comments:
Post a Comment