Link Sukses

Banner 728x90 :

Sunday, 13 December 2015

Perilaku Individu dalam Organisasi




 

 


  
A.  Pengertian Perilaku Organisasi
Perbagai  pengertian  perilaku  organisasi  telah  banyak
dikemukakan  oleh  para  ahli,  perilaku  organisasi    sebagai
terjemahan dari organizational behavio, tentunya disini penulis tidak
memperbincangkan apakah terjemahan itu sudah tepat atau belum.
Menurut penulis terjemahan tersebut sudah tepat dan mengandung
pengertian sesuai dengan istilahnya.

Perilaku  Organisasi  adalah  suatu  studi    yang  menyangkut
aspek-aspek  tingkah  laku  manusia  dalam  suatu  organisasi  atau
suatu kelompok  tertentu.  Ia  meliputi  aspek  yang  ditimbulkan dari
pengaruh  organisasi  terhadap  manusia  demikian  pula  aspek  yang
ditimbulkan  dari  pengaruh  manusia  terhadap    organisasi.  Tujuan
praktis  dari  penelaahan  studi  ini  adalah  untuk  mendeterminasi
bagaimanakan  perilaku  manusia  itu  mempengaruhi  usaha
pencapaian  tujuan-tujuan  organisasi.  (Thoha  ,  2007  :  5).  Dalam
perspektif  system  pengendalian  manajemen,  Sokarno,  2002:11,
mengemukakan  bahwa  perilaku  organisasi  merupakan  “crucial” 
untuk  dapat  memahami,  menjelaskan,  memperkirakan  dan
mempengaruhi/mengubah  perilaku    manusia  yang  terjadi  di
organisasi  tempat  kerja.  Pengertian  ini  mengandung  tiga  unsur
pengertian  yaitu  1)  perilaku  organisasi  mencermati  tingkah  laku
yang  kasat  mata,  seperti  diskusi  dngan  temankerja,
mengoperasikan  computer,  menyuusun  laporan.;  2)  perilaku
organisasi  mempelajari  tingkah  laku  manusia  sebagai  individu
maupun  sebagai  anggota  kelompok  organisasi;  3)  perilaku
kelompok  juga  menganalisis  perilaku  kelompok  dan  organisasi
sendiri. 
Menurut  Duncan  yang  dikutip  oleh  Thoha  bahwa  bidang
baru  dari  ilmu  tingkah  laku  yang  dikembangkan  dengan  titik



perhatiannya  pada  pemahaman  perilaku  manusia  di  dalam  suatu
organisasi yang sedang berproses, dinamakan perilaku organisasi.
Serentetan  defenisi  tentang  perilaku  organisasi  selalu  titik
awal  pemberangkatannya  dimulai  dari  perilaku  manusia  dan  atau
lebih banyak menekankan pada  aspek-aspek psikologi dari tingkah
laku  individu.  Hal-hal  lain  yang  kiranya  bisa  dipertimbangkan,
seperti yang dijelaskan oleh Duncan,  (1984 : 7) antara lain :
1.  Studi  perilaku  organisasi  termasuk  di  dalamnya  bagian-
bagian  yang  relevan  dari  semua  ilmu  tingkah  laku  yang
berusaha  menjelaskan  tindakan-tindakan  manusia  di  dalam
organisasi. Oleh karenanya semenjak uang merupakan bagian
dari  alasan  orang  untuk  mencari  pekerjaan,  maka  aspek
ekonomi tertentu adalah relevan bagi ilmu organisasi ini. Dan
juga sejak tingkah  laku orang dipengaruhi oleh perfomannya,
maka psikologi  adalah relevan pula,  sosiologi demikian  pula,
ia bisa menjelaskan  pengertian  pengaruh  kelompok terhadap
tingkah laku individu.
2.  Perilaku  organisasi  sebagaimana  suatu  disiplin  mengenal
bahwa  individu  dipengaruhi  oleh  bagaimana  pekerjaan 
diatur  dan  siapa  yang  bertanggung  jawab  untuk
pelaksanaanya.  Oleh  karenanya  ilmu  ini  memperhitungkan
pula  pengaruh  struktur  organisasi  terhadap  perilaku
individu.
3.  Walaupun  dikenal  adanya  keunikan  pada  individu,  namun
perilaku  organisasi  masih  memusatkan    pada  kebutuhan
manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas  pekerjaan
bisa  dijalankan.  Sehingga  kesimpulannya  ilmu  ini
mengusulkan  beberapa  cara  agar    usaha-usaha  individu  itu
bisa terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.



 Gito Sudarmo, (2000 : 4) memberikan defenisi bahwa perilaku
keorganisasian  adalah  merupakan  bidang  ilmu  yang  mempelajari
tentang  interaksi  manusia  dalam  organisasi  yang  meliputi  studi
secara  sistematis  tentang  perilaku,  struktur  dan  proses  di  dalam
organisasi.
Larry  L.  Cummings,  (Dalam  Thoha,  2007:7)  Presiden  dari
Akademi    Manajemen  di  Amerika  Serikat  memberikan  suatu
analisa  perbedaan  antara  perilaku  organisasi  dengan  disiplin  lain
yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku. Menurut Cummings
perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :
1.  Perbedaan  antara  Perilaku  Organisasi  dengan  Psikologi
Organisasi  antara  lain  :  psikologi  organisasi  membatasi
konstruksi  penjelasannya  pada  tingkat  psikologi  saja,  akan
tetapi  Perilaku  Organisasi  konstruksi  penjelasannya  berasal
dari  multi  disiplin.  Kesamaan  keduanya  ialah  kedua  bidang
tersebut  menjelaskan  perilaku  orang-orang  di  dalam  suatu
organisasi.
2.  Perbedaan  antara  Perilaku  Organisasi  dengan  Teori
Organisasi  didasarkan  pada  dua  perbedaan  antaranya  unit
analisanya  dan  pusat  variabel  tak  bebas.  Perilaku  organisasi
dirumuskan  sebagai  suatu  studi  dari  tingkah  laku  individu
dan kelompok  di dalam suatu  organisasi  dan  penerapan dari
ilmu  pengetahuan  tertentu.  Teori  organisasi  adalah  studi
tentang  susunan,  proses,  dan  hasil-hasil  dari  organisasi  itu
sendiri.
3.  Perbedaan  antara  Perilaku  Organisasi  dengan  Personnel  dan
Human  Resourcer  adalah  bahwa  Perilaku  Organisasi  lebih
menekankan pada  orientasi  konsep, sedangkan  Personnel  dan
Human  Resources  (P&HR)  menekankan  pada  teknik  dan
teknologi.  Variabel-variabel  tak  bebas,  seperti  misalnya


tingkah  laku dan  reaksi-reaksi yang efektif  dalam  organisasi,
seringkali  muncul  pada  keduanya.  Personnel  dan  Human
Resourcer (P&HR) nampaknya berada pada permukaan antara
organisasi  dan  individu,  dengan  menekankan  pada
pengembangan  dan  pelaksanaan  system    pengangkatan,
pengembangan,  dan  motivasi    dan  individu-individu  di
dalam suatu organisasi.

B.  Perilaku Individu dalam Organisasi
Sebagaimana  diterangkan  dalam  bab  terdahulu  bahwa
manusia  adalah  salah  satu  dimensi  dalam  organisasi  yang  amat
penting,  merupakan  salah  satu  faktor  dan  pendukung  organisasi.
Perilaku  organisasi  hakikatnya  adalah  hasil-hasil  integrasi  antara
individu-individu  dalam  organisasinya.  Oleh  karena  itu    untuk
memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu
individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut.
Menurut  David  A.Nadler  (1970)  sebagaimana  dikemukakan
oleh  Anoraga  (1995:54)  dan  Thoha    (2007:33)  bahwa  perilaku
manusia  adalah  sebagai  suatu  fungsi  dari  integrasi  antara  person
atau  individu  dengan  lingkungannya.  Sebagai  gambaran  dari
pemahaman  ungkapan  ini,  misalnya  seorang  tukang  parkir  yang
melayani  memparkir  mobil,  seorang  tukang  pos  yang
menyampaikan  surat-surat  ke  alamat,  seorang  karyawan  asuransi
yang  datang  ke  rumah  menawarkan  jasa  asuransinya,  seorang
perawat  di  rumah  sakit,  dan  juga  seorang  manajer  di  kantor  yang
membuat  keputusan.  Berbagai  karakter  yang  diperlihatkan  oleh
individu sesuai dengan jabatanya tentunya akan berbeda-beda. Dan
perilakunya adalah ditentukan  oleh masing-masing lingkungannya
yang memang berbeda.



 31



 Karakter yang  dibawah individu ke dalam tatanan  organisasi
kemampuan,  kepercayaan  pribadi,  pengharapan  kebutuhan,  dan
pengalaman  masa lalunya. Ini semuanya  adalah  karakteristik yang
dipunyai  individu,  dan  karakteristik  ini  akan  dibawa  olehnya
manakala  ia  akan  memasuki  sesuatu  lingkungan  baru,  yakni
organisasi  atau  lainnya.  Organisasi  yang  juga  merupakan  suatu
lingkungan  bagi  individu  mempunyai  karakteristik  pula.  Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya  keteraturan yang
diwujudkan  dalam  susunan  hirarki,  pekerjaan-pekerjaan,  tugas-
tugas,  wewenang  dan  tanggung  jawab,  sistem  penggajian  (reward
system), sistem pengendalian dan lain sebagainya. 
Jikalau  karakteristik  individu  terintegrasi  dengan
karakteristik  organisasi  maka  akan  terwujudlah  perilaku  individu
dalam organisasi.
Ungkapan  pengertian  dia  atas  dapat  dirumuskan  dengan
 “Perilaku  adalah  suatu  fungsi  dari  integrasi  antara  seorang
individu dengan lingkungannya”
Dengan  kata  lain  bahwa  ketika  seseorang  individu
berinteraksi  dengan  lingkungannya,  maka  disitulah  awal
terbentuknya  perilaku  secara  langsung.  Demikian  pula  individu
dengan organisasi tidak jauh berbeda dengan pengertian ungkapan



tersebut.  Keduanya  baik  individu  maupun  organisasi  dengan
karakternya  masing-masing  terintegrasi  maka  akan  menimbulkan
perilaku individu dalam organisasi.
Sementara  itu,  Kast  dan  James  (2002;390),  mengemukakan
perilaku  adalah  cara  bertindak,  ia  menunjukkan  tingkah  laku
seseorang.  Pola  perilaku  adalah  mode  tingkah  laku  yang  dipakai




seseorang  dalam  melaksanakan  kgiatan-kegiatannya.  Dikatakan
bahwa  proses  perilaku  serupa  untuk  semua  individu,  walaupun
pola  perilakunya  mungkin  berbeda.  Ada  3  asumsi  yang  saling
berkaitan  mengenai  perilaku    manusia,  yakni:  1)  perilaku  itu
disebabkan  (caused),  2)  perilaku  itu  digerakkan  (motivated),  3)
perilaku itu ditunjukan pada sasaran. Ketiga unsur ini saling terkait
dalam  modal  dasar  perilaku  individu  dan  berlaku  kepada  siapa
dan  kapan  saja.  Setiap  individu  berperilaku  ketika  ada  ransangan
dan  memiliki  sasaran  tertentu.  Perialku  ke  arah  sasaran,  timbul
karena  ada  ransangan  dan  semua  perilaku  ada  penyebabnya.Yang
pokok  dalam proses ini  adalah jarak  (gap)  antara kondisi sekarang
dengan  kondisi    yang  diinginkan  dan  perilaku  yang  timbil  untuk
menutup  jarak  (gap)  itu.  Ransangan  disaring  melalui  system
keinginan  atau  kebutuhan  yang  mungkin  bermacam-macam
bentuknya
    


C.  Sifat-Sifat Individu Dalam Organisasi
Salah  satu  cara  untuk  memahami  sifat-sifat  manusia  ialah
dengan  menganalisa  kembali  prinsip-prinsip  dasar  yang
merupakan  salah  satu  bagian  daripadanya.  Prinsip-prinsip  dasar
itu  sebagaimana  dikemukakan  oeh  Thoha,  (2007:36)  sebagai
berikut:
1.  Manusia  berbeda  perilakunya,  karena  kemampuannya  tidak
sama
Mempelajari  prinsip  dasar  kemampuan  amat  penting  agar
dapat  diketahui  mengapa  seseorang  berbuat  dan  berperilaku 
berbeda  dengan  yang  lain.  Dengan  adanya  keterbatasan
kemampuan  ini,  maka  setiap  orang  didalam  melaksanakan
tugasnya  akan  tidak  sama  pula.  Demikian  pula  dengan  seorng
pemimpin.  Ada  seorang pemimpin   bisa mengatasi persoalan yang
rumit  hanya  memerlukan  beberapa  saat  saja,  tetapi  tidak
demikianlah dengan pimpinan yang lain, ia memerlukan puasa tiga
hari tiga malam, berkonsultasi dengan orang tua disuatu desa yang
diagung-agungkan,  dan  banyak  cara  yang  dilakukan.Keterbatasan
kemampuan  ini  yang  membuat  seseorang  bertingkah  laku  yang
berbeda. Banyak yang diinginkan manusia, tetapi jawaban manusia
untuk  mewujudkan  keinginannya  itu  terbatas,  sehingga
menyebabkan semua yang diinginkan itu tidak tercapai.
Ada  yang  beranggapan  bahwa  perbedaan  kemampuan  ini
karena  disebabkan  sejak  lahir  manusia  ditakdirkan  tidak  sama
kemampuannya.  Ada  pula  yang  beranggapan  bukan  disebabkan
sejak  lahir,  melainkan  karena  perbedaanya  menyerap  informasi
dari  suatu  gejala.  Ada  lagi  yang  beranggapan  bahwa  perbedaan
kemampuan  itu  disebabkan  kombinasi  dari  keduanya.  Oleh
karenanya  kecerdasan  merupakan  salah  satu  perwujudan  dari
kemampuan  seseorang,  ada  pula  yang  beranggapan  bahwa


                                                  kecerdasan  seseorang  itu juga  berasal  dari  pembawaan  sejak  lahir,
adapula  yang  beranggapan  karena  didikan  dan  pengalaman.
Namun  demikian  ada pula  yang  membenarkan  bahwa  kecerdasan
(IQ)  seseorang  itu  dipengaruhi  oleh  tingkat  keterbatasan  karena
adanya pembatasan-pembatasan psyhis (physiological limitation).
Lepas dari setuju  atau tidak setuju dari perbedaan-perbedaan
tersebut  ternyata  bahwa  kemampuan  seseorang  dapat
membedakan  perilakunya.  Dan karena  perbedaan  kemampuannya
ini  maka  dapat  kiranya  dipergunakan  untuk  memprediksi
pelaksanaan  dan  hasil  kerja  seseorang  yang bekerja  sama  di dalam
suatu organisasi tertentu. 
Disinilah  mengapa  kita  perlu  memahami  sifat-sifat  manusia,
karena  dengan  memahami  hal  tersebut  dimana  mengapa  setiap
orang  berbeda  maka  kita  akan  paham  mengapa  seseorang
berperilaku  berbeda  dengan  yang  lain  di  dalam  melaksanakan
suatu kerja yang sama.

 2.  Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Para  ahli  sepakat  bahwa  manusia  ini  berperilaku  karena  di
dorong  oleh  serangkaian  kebutuhan.  Dengan  adanya  kebutuhan
yang  ada  dalam  diri  setiap  individu,  hal  ini  mendorong
semangatnya untuk berbuat dalam mencapainya sesuatu objek atau
hasil.
Kebutuhan seseorang berbeda dengan  kebutuhan  orang  lain.
Seseorang karyawan yang didorong untuk mendapatkan tambahan
gaji  supaya  dapat  hidup  satu  bulan  dengan  keluarganya,  tingkah
perilakunya  jelas  akan  berbeda  dengan  karyawan  yang  didorong
oleh  keinginan  memperoleh  kedudukan  agar  mendapatkan  harga
diri di dalam masyarakat.
 


Pemahaman kebutuhan yang berbeda dari seseorang ini amat
bermanfaat  untuk memahami  konsep  perilaku  seseorang  di  dalam
organisasi.  Hal  ini  bisa  dipergunakan  untuk  memprediksi  dan
menjelaskan  perilaku yang berorientasi  tujuan di  dalam  kerja  sama
organisasi.  Ini  juga  dapat  menolong  kita  untuk  memahami
mengapa  suatu  hasil  dianggap  penting  bagi  seseorang,  dan  juga
menolong  kepada  kita  untuk  mengerti  hasil  manakah  yang  akan
menajdi terpenting untuk menentukan spesifikasi individu.

 3.  Orang  berfikir  tentang  masa  depan,  dan  membuat  pilihan
tentang bagaimana bertindak.
Kebutuhan-kebutuhan  manusia  dapat  dipenuhi  lewat
perilakunya  masing-masing.  Didalam  banyak  hal,  seseorang
dihadapi  dengan  sejumlah  kebutuhan  yang  potensial  harus
dipenuhi  lewat  perilaku  yang  diperilakunya.  Cara  untuk
menjelaskan  bagaimana  seseorang  membuat  pilihan  di  antara
sejumlah  besar  rangkaian  pilihan  perilaku  yang  terbuka  baginya,
adalah  dengan  mempergunakan  penjelasan  teori  expectancy
(pengharapan). Teori ini didasarkan  atas  proposisi  yang sederhana
yakni  bahwa  seseorang  memilih  berperilaku  sedemikian  karena  ia
yakin  dapat  mengerjakan  untuk  mendapatkan  sesuatu  hasil
tertentu  (misalkan  mendapatkan  hadiah  atau  upah,  dan  dikenal
oleh  atasan  yang  menarik  baginya  karena  sesuai  dengan  tuntutan
kebutuhannya)

 4.  Seseorang  memahami  lingkungannya  dalam  hubungannya
dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.
Memahami    lingkungan  adalah  suatu  proses  yang  aktif
dimana  seseorang  mencoba  membuat  lingkungannya  itu
mempunyai  arti  baginya.  Proses  yang  aktif  melibatkan  seseorang


 



individu  mengakui  secara  selektif  aspek-aspek  yang  berbeda  dari
lingkungan,  menilai  apa  yang  dilihatnya  dalam  hubungannya
dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami
dalam  kaitannya  dengan  kebutuhan-kebutuhannya  dan  nilai-
nilainya.  Oleh  karena  kebutuhan-kebutuhan  dan  pengalaman
seseorang  itu  seringkali  berbeda  sifatnya,  maka  persepsi  terhadap
lingkungan juga akan berbeda. 
Suatu  contoh,  orang-orang  yang  berada  dalam  organisasi
yang  sama  seringkali  mempunyai  perbedaan  di  dalam
berpengharapan  (expectancy)  mengenai  suatu  jenis  perilaku  yang
membuahkan  suatu  penghargaan,  misalnya  naiknya  gaji  dan
cepatnya promosi.

 5.  Seseorang  itu  mempunyai  reaksi-reaksi  senang  atau  tidak
senang ( affective)
Orang-orang jarang bertindak netral mengenai suatu hal yang
mereka  ketahui  dan  alami.  Dan  mereka  cenderung  untuk
mengevaluasi  sesuatu yang  mereka alami  dengan cara senang atau
tidak  senang.  Selanjutnya,  evaluasinya  itu  merupakan  salah  satu
faktor  yang  teramat  sulit  di  dalam  mempengaruhi  perilakunya
dimasa yang akan datang.
Perasaan  senang  dan  tidak  senang  ini  akan  menjadikan
seseorang  berbuat  yang  berbeda  dengan  orang  lain  dalam  rangka
menanggapi  sesuatu  hal.  Seseorang  bisa  puas  mendapatkan  gaji
tertentu  karena  bekerja  di  suatu  tempat  tertentu,  orang  lain  pada
tempat yang sama merasa tidak puas. Kepuasan dan ketidakpuasan
ini  ditimbulkan  karena  adanya  perbedaan  dari  sesuatu  yang
diterima dengan sesuatu yang diharapkan seharusnya diterima.
Sesuatu jumlah yang oleh seseorang dirasakan harus diterima
oleh  orang  lain.  Orang  acapkali  membandingkan  apa  yang  ia





terima  dalam suatu  situasi kerja tertentu dengan apa yang  diterima
orang  lain  dalam situasi yang sama. Jika  hasil perbandingannya ia
rasakan  tidak  adil,  maka  timbullah  rasa  tidak  puas  terhadap  hasil
yang diterima.

D.  Kepribadian
Berbicara  tentang  kepribadian  sering  diidentikkan  dengan
perilaku.  Hubungan  antar  kepribadian  dengan  perilaku  memang
agak  rumit  dipahami  oleh  setiap  manajer.  Ketika  kita  berbicara
mengenai  kepribadian,  kita  tidak  memaksudkan  bahwa  seorang
mempunyai  pesona  (charm),  suatu  sikap  positif  terhadap  hidup,
wajah  yang  tersenyum.  Bila  para  psikolog  bicara  mengenai
kepribadian,  mereka  maksudkan  suatu  konsep  dinamis  yang
menggambarkan  pertumbuhan  dan  pengembangan  dari  sistem
psikologis  keseluruhan  dari  seseorang.  Bukannya  memandang
pada bagian-bagian  dari pribadi itu,  kepribadian memandang pada
keseluruhan agregasi yang lebih besar daripada  jumlah dari bagian-
bagian.
Definisi  yang  paling  sering  digunakan  dari  kepribadian  oleh
Gordon  Allport  hampir  60  tahun  yang  lalu.  Ia  mengatakan  bahwa
kepribadian  adalah    organisasi  dinamis  pada  masing-masing
sistem  psikofisik  yang  menentukan  penyesuaian  unik  terhadap
lingkungannya”  (Robbins,  2001  :  50).  Banyak  penulis  yang
memberikan  defenisi  kepribadian  yang  berbeda,  tetapi  pada
umumnya  ada  kesamaan,  yaitu  sesuatu  yang  unik  pada  diri
seseorang jika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. 
Sigit  (2003  : 26) menyatakan  bahwa kepribadian  adalah  unik,
karena tidak ada orang yang sama persis dengan orang lain, paling-
paling hanya mirip saja. 



 39



 Tanpa  mempersoalkan  bagaimana  orang  mendefeniskan
kepribadian,  beberapa  prnsip  pada  umumnya  yang  diterimaoleh
para ahli psikologi adalah sebagai berikut :
1.  Kepribadian  adalah  suatu  keseluruhan  yang  terorganisasi,
apabila tidak, individu tidak mempunyai arti;
2.  Kepribadian  kelihatannya  diorganisasi  dalam  pola  tertentu.
Pola ini sedikit banyak dapat diamati dan diukur;
3.  Walaupun  kepribadian  mempunyai  dasar  biologis,  tetapi
perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkungan social
dan kebudayaan;
4.  Kepribadian mempunyai  beberapa  segi yang  dangkal, seperti
sikap  untuk  menjadi  pemimpin,  dan  inti  yang  lebih  dalam
seperti sentimenmengenai wewenang atau etik kerja;
5.  Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dank has. Setiap orang
berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, sedangkan dalam
beberapa hal serupa. 
Dari kelima prinsip di atas, Sofyandi 2007:74, mengemukakan
bahwa  kepribadian  ialah  seperangkat  karakteristik  yang  relative
mantap,  kecenderungan  dan  perangai  yang  sebagian  besar
dibentuk  oleh  factor-faktor  keturunan  dan  factor-faktor  social,
kebudayaan dan lingkungan.
Nilai-Kast dan james (2002:350), memberikan  batasan tentang
kepribadian  seseorang  merupakan  kombinasi  yang  kompleks  dari
sifat  fisik  dan  mental,nilai-nilai,  sikap,  kepercayaan,  selera,  minat
kebiasaan,  dan  ciri-ciri  lain  yang  mebentuk  suatu  diri  yang  unik.
(unique self).
Oleh  sebab  itu  yang  dimaksud  dengan  kepribadian  dalam
tulisan  ini  adalah  kombinasi  daripada  karakteristik-karakteristik
mental  dan  phisikal  yang  tampak  unik  dan  stabil  pada  seseorang


40



yang  sering  timbul  pada  waktu  ia  berinteraksi  dengan  orang  lain
atau lingkungan.

E.  Determinan Kepribadian
Argumentasi  awal  yang  sering  diperdebatkan  dalam  riset
kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan hasil
keturunan  atau  lingkungan.  Apakah  kepribadian  ditentukan
sebelumnya  saat  kelahiran,  ataukah  itu  akibat  dari  interaksi
individu itu dengan lingkungannya? 
Jelas,  tidak  ada  jawaban  hitam  putih  yang  sederhana.
Kepribadian  tampaknya  merupakan  suatu  hasil  dari  kedua
pengaruh  itu.  Tambahan  pula,  dewasa  ini  kita  mengenali  suatu
faktor  ketiga  situasi.  Dengan  demikian    kepribadian  seorang  pada
umumnya    terbentuk  oleh  faktor  keturunan  maupun  lingkungan,
yang diperlunak (moderated) oleh kondisi situasi,
1.  Keturunan
Keturunan  merujuk  ke  faktor-faktor  yang  ditentukan  pada
saat  pembuahan.  Sosok  fisik,  daya  tarik  wajah,  kelamin,
temperamen,  komposisi  otot  dan  refleks,  tingkat  energi,  dan  ritme
hayati  merupakan  karakteristik  yang  umumnya  dianggap  sebagai
atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi oleh siapa kedua
orangtua  anda,  yaitu  oleh  susunan  hayati,  faali  (fisiologis)  dan
psikologis  yang  melekat.  Pendekatan  keturunan  berargumen
bahwa  penjelasan  paling  akhir  dari  kepribadian  seorang  individu
adalah struktur  molekul  dari  gen,  yang  terletak  dalam  kromosom.
Lombroso  (  dalam  Sofyandi  2007:79),  seorang  menjadi  penjahat
karena  memang  ia  sudah  dilahirkan  sebagai  penjahat.  Lombroso
tidak  tidak  terlalu  memperhatikan  pengaruh  lingkungan.
Menurutnya  pengaruh  bawaan  atau  turunan  sangat  dominan
membentuk kepribadian seseorang. Itulah  sebabnya  mengapa para


 41



manajer  sangat  memerlukan  latar  belakang  kehidupan  seseorang
ketika proses rekruiment.

 2.  Lingkungan 
Faktor lain  yang memiliki peran yang  cukup  signifikan   pada
pembentukan  kepribadian  kita  adalah  budaya  dimana  kita
dibesarkan.  Pengkondisian  dini,  norma-norma  diantara  keluarga,
teman-teman,  dan  kelompok–kelompok  sosial,serta  pengaruh–
pengaruh  lain yang kita alami.  Lingkungan  yang dipaparkan  pada
kita  memainkan suatu  peran  yang  cukup besar  dalam  membentuk
kepribadian  kita.  Tokoh  yang  sangat  terkenal  denga  teori  “Tabula
Rasa”  Jhon  Locke,  menurutnya  bahwa  seorang  bayi  yang
dilahirkan  itu  adalah  ibarat  selembar  kertas  putih.  Lingkunganlah
yang  dapat  menentukan  apakah  kertas  putih  itu  akan  menjadi
hitam, kuning, merah atau apapun juga. 
Para ahli sepakat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Jika  seseorang dibentuk  dalam  rumah  tangga yang
bahagia, pola perilaku akan bersikap baik misalnya dalam sifat-sifat
yang  positif seperti  peramah,  gembira,  sabar,  toleran,  mdah  diajak
kerja  sama,  tidak  egois  danlain-lain.  Sebaliknya,  jika  seseorang
dibesarkan  dalam  keluarga  yang  tidak  bahagia  dimana  kedua
orang  tuanya  yang  sering  bertengkar  maka  sifat-sifat  seperti
digambarkan di atas tidak akan nampak.

 3.  Situasi
Faktor  ketiga,  situasi,  memepengaruhi  dampak  keturunan
dan  lingkungan  terhadap  kepribadian.  Kepribadian  seseorang,
walaupun  pada  umumnya  mantap  dan  konsisten,  berubah  dalam
situasi  yang  berbeda.  Tuntutan  yang  berbeda  dari  situasi  yang
berlainan  memunculakn  aspek-aspek  yang  berlainan  dari


42



kepribadian  seseorang.  Oleh  karena  itu  hendaknya  kita  tidak
melihat pola kepribadian dalam keterpencilan (isolasi).
Sementara  tampaknya  logis  untuk  mengendalikan  bahwa
situasi  akan  mempengaruhi  kepribadian  seseorang,  untuk  suatu
bagan  klasifikasi  yang  rapi  akan  mengatakan  kepada  kita  dampak
berbagai  tipe situasi sejauh  ini  tidak kita punyai.  “Tampaknya kita
belum sampai pada pengembangan suatu sistim untuk menjelaskan
situasi  sehingga  suatu  itu  dapat  dipelajari  secara  sistimatis”
Bagaimanapun,  kita  memang  tahu  bahwa  situasi  tertentu  lebih
relevan daripada situasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.  

F.  

DAFTAR PUSTAKA


Anoraga,Panji  dan  Sri  Suyati,1995,  Perilaku  Keorganisasian,  Pustaka
Jaya, Jakarta
Arifin,  Anwar,  2003,  Komunikasi  Politik  (Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th Ed., McGraw-
Hill International Edition. 
Bimo,  Walgito.  2004,    Pengantar  Psikologi  Umum  .  Yogyakarta, 
Andi Offset
Charles,  Hampden  Turner,  1992,  Creating  Corporate  Culture,
business Economics, Penerbit London
Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon, 1989,  Human Behavior A Work;
Organizational  Behavior,  New  York  McGraw  Hill
International
Djatmiko, Yayat Hayati, 2003, Perilaku Organisasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung
Gerungan,  W.A.,  (2009),  Psikologi  Sosial,  PT  Refika  Asitama,
Bandung. 
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi
ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gitosudarmo,  Indriyo,  2000,  Perilaku  Keorganisasian,  BPFE,
Yogyakarta
Hampden,  Charles  Turner,  1994,  Colporate  Culture,  London,  Judy
Piatkus Ltd.

 115



Hasibuan,  Malayu.S.P,  2006,  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia,
PT, Bumi Aksara, Jakarta
Hofstede,  Geert,  1997,  Culture s  and  Organization,  New  York,
Washington D.C London, Me Craw-Hill, 
Indrawijaya,  Adam,  1989,  Perilaku  Organisasi,  Penerbit  Sinar  Baru
Bandung
John  C.  Maxwellm,  2011,    The  5  Levels  Leadership,  Mic  Publising,
Surabaya
Jones,  Gareth  R,  1995,  Organizational  Theory,  Text  and  Cases,  USA,
Addison Wesley, Inc.
Kartono,  Kartini,  2003,  Pemimpinan  Dan  Kepemimpinan,  PT.  Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Kast,  Feremont  E,  James  F  Rosenweig,  Organisasi  dan  Manajemen.
Edisi  ke  empat,  Terjamahan  Hasymi  Ali,  Penerbit  Bumi
AksaraJakarta
Keban,  Yeremias,  2008,  Enam  Dimensi  Strategis  Administrasi  Publik,
Konsep, Teori dan Isu. Penerbit Gaya Media, Yogyakarta
Krech,  Crutch  Field,  Ballached,  Individu  In  Sosiety,  Barkeley,  New
York University, California.
Kumorotomo,  Wahyudi,  2008,  Etika  Administrasi  Negara,  PT  Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Mangkunegara,  Anwar,  Prabu,  2005,  Perilaku  Dan  Budaya
Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Muhyadi  .  1989,  Organisasi  Teori  ,  struktur  dan  proses.  Jakarta,
Lembaga Pendidikan dan Kependidikan



116



Nawawi, Hadari. H, Prof,Dr, 2000, Manajemen Sumber DayaManusia,
Gajah Mada University Press, Yogyakart
Ndraha,  Taliziduhu,  2003,  Budaya  Oraganisasi,  Penerbit  Rineka
Cipta Jakarta 
Noor,  Isran,  2012,  Politik  Otonomi  Daerah,  Untuk  Penguatan  NKRI,
Penerbit Steven Strategic Study.
Ouchi,  William G,  1981. Theory Z.: Haw American Business  Can  Meet
The  Jpanese  Challenge,  Tokyo  Japan  :  Reading-Mass,  :  Addison
Wesley Publ. Coy. Inc
Pace,  R.  Wayne  dan  Don  F  Faules,  2006,    Komunikasi  Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja  Perusahaan, Penerjemah  Deddy
Mulyana, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Rakhmat,  Jalaludin.  2005.  Psiokologi  Komunikasi.  Bandung,  PT
Remaja Rosdakarya
Robbins,  Stephen.P,  2001,  Perilaku  Organisasi,  Edisi  Bahasa
Indonesia, PT Prenallindo, Jakarta
------------,  2003, Perilaku  Organisaisi,  Buku 1 Edisi Bahasa  Indonesia,
PT Indeks, Jakarta
------------,  2007,  Perilaku  Organisaisi,  Edisi  Bahasa  Indonesia,  PT
Prenallindo, Jakarta
Schein,  E.H. 1992, Organizational Culture and  Leadership : A Dynamic
View, Jossey-Bass, San Fransisco.
Siagian,  Sondang,  1997,  Manajemen  Sumberdaya  Manusia,  Bumi
Aksara, Jakarta
Sigit,  Soehardi,  2003,  Perilaku  Organisasional,  Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta




Sofyandi, Herman dan Iwa Gamiwa, 2007, Perilaku Organisasional,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Solomon,  Robert,C,  1987,  Etika  Suatu  Pengantar,  Penerbit  Erlangga,
Jakarta
Sukarno, Edi, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen  Suatu Pendekatan
Praktiks, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahir, Arifin, 2010,  Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Pustaka Press Indonesia,  Jakarta 
Thoha,  Mifta,  2007,  Perilaku  Organisasi,  Konsep  Dasar  dan
Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta









No comments: