Link Sukses

Banner 728x90 :

Tuesday, 11 October 2016

SAP Pengantar Psikologi






  1. Identitas Mata Kuliah :
Nama Mata Kuliah               : Pengantar Psikologi
Jumlah SKS                         :  3 (tiga)
Semester                               :  1 (satu)
Program Studi                      : Administrasi Negara
Dosen                                     : Novi Catur Muspita, S. Pd., M. M. Si

  1. Tujuan :
Memahami pengetian psikologi kaitannya dengan ilmu-ilmu, memahami pengaruh pembawaan dan lingkungan, memahami perilaku individu, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan

  1. Deskripsi Isi :
Memahami pengertian psikologi, pengaruh pembawaan dan lingkungan perilaku individu, kepribadian seseorang dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.

  1. Pendekatan Pembelajaran :
- Metode         : Ceramah, pengamatan lapangan, diskusi dan
                        Pemecahan masalah
 - Tugas          : 1) Tugas kelompok membuat Makalah (4-5 mahasiswa)     
                        berupa word dan Power point
                        dikirim via Email ke novicatur69@gmail.com   
                        dipresentasikan dan didiskusikan.
                           2) Resume singkat tiap pertemuan perkuliahan
                           3) Tugas Individu membuat artikel tentang materi
                         psikologi secara kontekstual untuk mengamati   
                         fenomena masalah dan  memberikan tawaran solusi   
                         menggunakan pendekatan psikologi
                           4) Mahasiswa wajib memiliki blog, untuk menampilkan  
                        tugas kelompok maupun individu.
- Media           :  LCD/Powerpoint, web site,  
     - Sumber dosen: sosiologipembangunan.blogspot.com,
                                slideshare- novimuspita
                                 gudangilmumahasiswa.blogsaya.com

Evaluasi :
a.    Kehadiran minimal  80%
b.    Makalah ( tugas kelompok)
c.    Penyajian dan diskusi ( presentasi, keaktifan diskusi)
d.    UTS
e.    UAS
f.     Tugas Akhir Individu (membuat artikel non penelitian )

  1. Rincian Materi Perkuliahan Tiap Pertemuan :

Pertemuan ke-1

Orientasi perkuliahan dan perkenalan. Kegiatan ini berisi diskusi tentang tujuan, ruang lingkup, prosedur perkuliahan, sistem penugasan, sistem penilaian, dan dalam batas tertentu mengakomo-dasi masukan dari mahasiswa untuk perbaikan silabus.

Pertemuan ke-2.

Konsep dasar psikologi dan perilaku, (a) pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche dan logos. Psyche berarti jiwa, sukma, dan roh, sedangkan logos berati ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodworth dan Marquis mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual activities in relation to environment” Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530, (b) Psikologi sebagai ilmu, istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878 (yang dipelopori oleh J.B.Watson) sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena ilmu pengetahuan menghendaki objek dapat diamati, dicatat, dan diukur; jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanya¬lah salah satu aspek kehidupan individu.

Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut: 1) secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, 2) memiliki struktur keilmuan yang jelas, 3) memiliki objek formal dan material, 4) menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, sejarah kasus (case history), pengetesan dan pengukuran (testing and measurement), 5) memiliki terminilogi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian, 6) dan dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.

Pertemuan ke-3

Kaitan psikologi dengan ilmu lain, psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi, antropologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang digunakan. Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu), psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dan proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang optimal.

Pertemuan ke-4

Konsep dasar perilaku: a) pengertian perilaku, perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. b) pandangan tentang perilaku, ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu: (1) pendekatan neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara perilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan saraf) karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem saraf, (2) pendekatan behavioristik, pendekatan ini menitikberatkan pada perilaku yang nampak, perilaku dapat dibentuk dengan pembiasan dan pengu¬kuhan melalui pengkondisian stimulus, (3) pendekatan kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku yang baru, (4) pandangan psiko¬analisis, menurut pandangan ini perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak disadari, (5) pandangan humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh aspek internal individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada lingkungan.

Pertemuan ke-5

Jenis-jenis perilaku individu, a) perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf, b) perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif, c) perilaku tampak dan tidak tampak, d) perilaku sederhana dan kompleks, e) perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. Mekanisme perilaku, (1) dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah:

W ------ S ------ r ------ O ------ e ------ R ------W

Keterangan : W = world (lingkungan) e = effector
S = stimulus R = respon
r = receptor W = lingkungan
O = organisme
(2) dalam pandangan humanistik, perilaku merupakan siklus dari: (i) dorongan timbul, (ii) aktivitas dilakukan, (iii) tujuan dihayati, (iv) kebutuhan terpenuhi/rasa puas.

Pertemuan ke-6

Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
a) Pengamatan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), pembau (hidung), dan perabaan (kulit, termasuk otot).

b) Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum persepsi terkait dengan dimensi ruang dan waktu, terstruktur, menye¬luruh, dan penuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian selek¬tif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta penga¬laman.

c) Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Berpikir ber¬tujuan untuk mem¬bentuk pengertian, mem¬bentuk pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Jenis berpikir ada dua, yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.

Pertemuan ke-7: Ujian Tengah Semester

Pertemuan ke-8

Lanjutan dinamika perilaku individu, d) Inteligensi, dapat diartikan sebagai (i) kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir rasional, (ii) kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, (iii) kemampuan memecahkan simbol-simbol tertentu. Inteligensi tidak sama dengan IQ karena IQ hanya rasio yang diperoleh dengan menggunakan tes tertentu yang tidak atau belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang lebih kompleks. Teori tentang inteligensi diantaranya G-Theory (general theory) dan S-Theory (specific theory). Inteligensi dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. e) Sikap (Attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang mem¬pengaruhi terbentukanya sikap adalah penga¬laman khusus, komunikasi dengan orang lain, adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan.

Pertemuan ke-9

Konsep dasar motif dan motivasi,  Motif (motive) adalah keadaan kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilaku pada satu tujuan atau insentif, atau faktor penggerak perilaku, atau konstruk teoritik ten¬tang terjadinya perilaku. Motif dapat dikelompokkan menjadi primer (dorongan fisiologis, dorongan umum) dan sekunder. Woodwort dan Marquis me¬nge¬lompokkan motif menjadi tiga, yaitu motif organis, motif darurat, dan motif obyektif. Indikator motif terdiri atas: durasi, frekuensi, persistensi, devosi, ketabahan, aspirasi, kualifikasi prestasi, dan sikap. Upaya untuk meningkatkan motivasi diantaranya menciptakan situasi kompetisi yang sehat, membuat tujuan antara, menginformasikan tujuan dengan jelas, memberikan ganjaran, dan tersedianya kesempatan untuk sukses.

Pertemua ke-10
Emosi: Konflik dan Prustasi
b) Konflik (conflict), terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling bertentangan sehingga individu berada dalam situasi petentangan batin, kebingungan, dan keragu-raguan. Jenis konflik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) approach-approach conflict, (2) avoidance-avoidance conflict, dan (3) approach-avoidance conflict.

c) Frustrasi (frustration) adalah suatu keadaan kecewa dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau tujuan. Sumber frustrasi menurut Sarlito Wirawan adalah lingkungan, pribadi, dan frustrasi konflik. Bentuk reaksi individu terhadap frustrasi adalah marah, bertindak secara ekplosif, introversi, merasa tidak berdaya, regresi, fiksasi, represi, pembentukan reaksi, rasionalisasi, proyeksi, kompensasi, dan sublimasi.

Pertemuan ke-11


Konsep perkembangan individu, a) perkembangan (development) adalah proses perubahan yang dialamai individu menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, berkesinambungan, integratif baik fisik maupun mental; b) pertumbuhan (growth) adalah perubahan secara kuantitatif pada aspek jasmani yang terkait dengan perubahan ukuran; c) kematangan (maturity) adalah titik kulminasi dari suatu fase dan sebagai titik tolak dari kesiapan aspek tertentu men¬jalankan fungsinya.



Pertemuan ke-12

Lanjutan konsep dasar perkembangan individu, a) perkembangan merupakan hasil pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Perkembangan menganut prinsip-prinsip berikut ini. 1) perkembangan berlangsung se¬pan¬jang hayat, 2) ada perbedaan irama dan tempo perkembangan, 3) dalam batas tertentu perkembangan dapat dipercepat, 4) perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, dan kematangan, 5) untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria, 6) individu yang normal mengalami semua fase perkembangan.

b) Fase perkembangan secara umum adalah 1) masa prenatal, 2) masa bayi, 3) masa anak, 4) masa remaja, 5) masa dewasa, dan 6) masa tua.

c) Aspek perkembangan terdiri dari perkembangan kognitif, sosial, bahasa, moral, emosi, fisik, dan penghayatan keagamaan.

Pertemuan ke-13

Konsep dasar kepribadian, a) pengertian kepribadian, istilah ke¬pribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti topeng. Menurut Gordon W Allport “personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment”,
b) Faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah pembawaan dan pengalaman (umum dan khusus).

Pertemuan ke-14

Lanjutan konsep dasar kepribadian, a) meskipun kepribadian itu unik tetapi ada beberapa ahli yang berusaha menggolongkan kepribadian, misalnya Hipocrates dan Gelanus yang membagi tipologi kepribadian menjadi empat tipe yaitu: 1) kholeris, 2) melankolis, 3) plagmatis, dan sanguinis. Kretschmer meninjau tipologi kepribadian berdasarkan segi konstitusi dan temparamen. Berdasarkan konstitusi jasmani manusia digolongkan menjadi tipe piknis, leptosom, atletis dan displatis. Sedangkan berdasarkan temperamen kejiwaan, manusia digolongkan menjadi schizophrenia dan depresif. Berdasarkan orientasi nilai, Spranger mengemukakan enam tipologi manusia, yaitu tipe teoritik, ekonomi, estetis, agama, moral, dan kekuasaan.

b) Pengukuran kepribadian dapat ditempuh dengan cara observasi, inventori, dan teknik proyektif.

Pertemuan ke-15

Konsep dasar belajar, a) Pengertian belajar, Cronbach mengartikan “learning is shown by an change individual behaviour as a result of experiences”. Belajar juga dapat diartikan sebagai “proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah aktif, positif, dan berorientasi tujuan.

b) Prinsip-prinsip belajar, beberapa perinsip belajar adalah 1) memiliki tujuan dan disadari, 2) adanya penerimaan informasi, 3) terjadinya proses internalisasi, dan 4) perubahan bersifat relatif permanent.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, faktor di luar individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor non-sosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor dalam diri individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor fisiologis dan psikologis.

Pertemuan 16  Final Test

  1. Daftar Buku :
Davidoff, Linda, l987, Introduction to Psychology, 3 rd, Ed. New York: Megraw Hill Book Co

Morgan, Clifford T., l961, Introduction to Psychology, 2 nd, Ed, New York:Megraw Hill

Mussen, Paul &Mark R.Rozenzweig, l973 Psychology:An Introduction, Massachusetts: DC,Health & Co

Sartain, Aaron Q., et al, l972, Psychology.  NY,Megraw Hill

Zimbardom Philip G., 1979, Essentials & Psychology and Life, 10 th ed, Illionis: Scott Foresman Co

Internet. 

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang


Dember, William N., et al. 1984. General Pychology. Ney Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Teori Kepribadian. Bandung: Publikasi PPB FIP UPI.

Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Psikologi. Bandung: Publikasi PPB FIP UPI.

Makmun, Abin S. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda¬karya.

Dimyati. 1990. Psikologi, suatu pengantar. Yogyakarta: FIP IKIP.

Suryabrata, Sumadi. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta: CV. Rajawali.

Walgito, Bimo. 1982. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Fak Psikologi UGM.

Faisal, Sanapiah., dan Mapiare, Andi. 1989. Dimensi-Dimensi Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Indonesia: Ghalia.

                                                     
                                                      Blitar , 11 Oktober 2016

                                                      Dosen Pengampu
  

                                                       Novi Catur Muspita, S.Pd., M. Si

Sunday, 27 December 2015

Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN


PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Ditulis oleh: Arya Baskoro (Associate Researcher)
 
 
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA  merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
 
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
 
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil;  terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
 
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi. 
 
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
 
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.
 
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
 
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
 
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi  lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketenagakarejaan
bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online, 2013). 
 
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.
 
 
Referensi:
 
N.n. (2013). Indonesia Hanya Menduduki Peringkat Empat di ASEAN. 
 
Association of Southeast ASIAN Nations (2008). ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT. Jakarta: Asean Secretariat.
 
Fernandez, R. A. (2014, Januari). YEARENDER: Asean Economic Community to play major role in SEA food security.
 
Plummer, M, G., &Yue, C, S. (2009). Realizing the ASEAN Economic Community: A Comprehensive Assessment. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
 
Santoso, W. et.al (2008). Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN dan prospek perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

TUGAS MAHASISWA MATERI BUDAYA ORGANISASI DAN LATIHAN SOAL





Budaya Organisasi


9.1  Pendahuluan 
1)  Deskripsi Singkat    :   Pada Bab ini  dibahas deskripsi umum
tentang Budaya Organisasi . 
2)  Relevansi    :   Pada  bagian  ini  dibahas  tentang
pengertian  budaya  organisasi,  nilai
budaya  organisasi,  dimensi  nilai
budaya organisasi, tiga jenjang budaya
organisasi,  karakateristik  budaya
organisasi.  Dengan  dasar  pemahaman
ini  akan  menjadi  landasan  bagi
mahasiswa  untuk  memahami
pengertian perilaku organisasi
3)  Kompetensi Dasar   :   Mahasiswa  mampu  menjelaskan
tentang budaya organisasi .

   












9.2  Penyajian 
A.  Pengertian Budaya Organisasi 
Setiap kita mendirikan  organisasi, maka  suatu hal yang tidak
bisa kita elakkan  munculnya ikatan dalam  berbagai hal  termamsuk
perilaku  setiap  individu  dalam    organisasi  yang  kita  dirikan. 
Misalnya,  dalam  perilaku,  berbicara,  berpakaian,  upacara,  serta
segala hal tinda tanduk baik tidak dan harus berbuat dalam hal-hal
tertentu,  dan  lain-lain  sebagainya.  Yang  disebut  organisasi  tidak
nampak,  yang tampak adalah manusia-manusia anggota organisasi
dan  barang  phisik  milik  organisasi.  Perbedaan  sifat,  perilaku  dan
karakteristik  yang  dapat  mebedakan  suatu  organisasi  dengan
organisasi lain itulah yang disebut budaya organisasi.
Agak  sulit  memang  mendefenisikan  budaya  organisasi.
Namun  demikian  pada  umumnya  para  pakar  mendefenisikan
bahwa  Budaya  Organisasi  ialah  common  understanding
(kebersamaan  pengertian)  para  anggotanya  untuk  berperilaku
sama, baik di luar maupun di dalam organisasinya.
Sebagai  bahan  perbandingan,  berikut  dikutip  beberapa
defenisi  para  pakar  awal-awal  dekade  1990-an  yang  dikutip  oleh
Sigit  dalam  bukunya  Perilaku  Organisasional  (2003:256},  sebagai
berikut :
Ouchi  (1981)  :  Budaya  organisasi  adalah  :    a  set  of  symbols,
ceremoniies,  and  myths  that  communicate  the  underlying  values  and
beliefs  of  that  organization  to  its  employees”  (seperangkat  nilai-nilai,
dan  mitos  yang  mengkomunikatisikan  landasan  nilai-nilai  dan
keyakinan-keyakinan kepada para karyawannya.
Miller  (1984)  :  Budaya  organisasi  adalah  :  “ a  set  of  primary
values  systems  consisting  of  eight  principles,  namely  of  purpose,  of
consesnsus,  of  exellence,  of  performance,  of  empirism,  of  unity,  of
intimacy, and of integrity, as norms or giudance for the corpotate members
in  their  behavior  and  solve  corporate  problems”  (seperangkat  sistem




nilai-nilai  primer  yang  terdiri  atas  delapan  asas,  yaitu  asas  tujuan,
konsesnsus,  keunggulan,  perestasi,  empirisme,  kesatuan,
keakraban,  dan  integritas,  sebagai  norma  atau  pedoman  bagi  para
anggota  korporat  dalam  perilaku  mereka  dan  memecahkan
masaalah-masaalah korporat)”.
Semua  korporat  tentu  meggunakan  nilai-nilai  ini,  tetapi
belum  tentu  menyadari  dan  mengunakannya  sebagai  budaya
organisasi  untuk  mencapai  tujuan  korporat.  Korporat-korporat  di
Amerika  yang  secara  sadar  membudayakan  sekurang-kurangnya
delapan nilai-nilai primer ini, menurut  Miller  dan  teman-temannya
adalah korporat-korporat yang inovatif, produktif, dan efektif. 
Charles  Hampden  Turner,  1994,  p.ii,  mendefinisikan  budaya
organisasi  sebagai  perilaku  yang  tepat,  ikatan-ikatan  dan  motivasi
individu,  dan  menegaskan  solusi  bila  ada  kemenduaan.  Ini
menentukan  cara  dari  organisasi  memproses  informasi,  hubungan
internal,  dan  nilai-nilai  yang  ada.  Budaya  organisasi  harus
difungsikan  pada  setiap  tingkat  organisasi  dari  keadaan  yang
samar-samar  menjadi  suatu  yang  nampak.  Kendali  dan
pemahaman  budaya  organisasi  merupakan  tanggung  jawab
pimpinan  dan  alat  utama  pimpinan  (manager)  mendorong  kinerja
yang tinggi dan memelihara nilai-nilai kebersamaan. 
Andre  Laurent,  secara  praktis  mendefinisikan  budaya
organisasi  sebagai  berikut,  Budaya  organisasi  merefleksikan
asumsi-asumsi  tentang  pelanggan,  karyawan,  misi,  produk,
kegiatan-kegiatan,  dan  asumsi-asumsi  yang  telah  berjalan  baik
pada  waktu  lalu  dan  dituangkan  dalam  norma  tingkah  laku,
harapan-harapan  tentang  legitimasi,  cara  berpikir  dan  bertindak
yang diharapkan.   

   






Budaya Organisasi
-  Bagaimana  orang-orang  melakukan  pekerjaan  disekitarnya
(Nick Georgiades) ;
-  Beginilah cara kami bekerja (Martini Husain) ;
-  Kami  melihat  seperti  apa  yang  ingin  kami  lihat  (Charles
Hampden Turner);
Jaclyn Sherriton dan James L.Stern, 1997, p.26, mendefinisikan
budaya organisasi, berkenaan dengan  lingkungan atau kepribadian
suatu  organisasi,  dengan  berbagai  multi  faset  dimensinnya.
Merupakan  cara  organisasi  bekerja  dilingkungannya  dengan  aura
nya  sendiri, seperti halya kepribadian individu.
Gareth  R.Jones  (1994),  mendefinisikan  budaya  organisasi
sebagai  seperangkat  (kumpulan)  nilai-nilai  bersama  yang
mengendalikan  interaksi  anggota-anggota  organisasi,  diantara
mereka, dan dengan mitra  pendukungnya, pelanggan,  serta orang-
orang lain diluar organisasi. 
Keith  Davis dan Jhon  W Newstrom (1989:60) mengemukakan
bahwa :”organizational culture is the set assumptions, beliefs, values, adn
normsthat is shared  among its  members”.  Selanjutnya  R.Schermerhorn
dan  james  G.Hunt  (1991:340)  mengatakan  bahwa:  “organizational
culture is the system  of shared  beliefs  and  values  that  develops  within  an
organization and guides the behavior of its members”  
Mangkunegara,  (2005:113),  mengemukakan  bahwa  budaya
organisasi  adalah seperangkat asumsi  atau  sistem keyakinan, nilai-
nilai  dan norma-norma  yang  dikembangkan  dalam  organiasi  yang
dijadikan  pedoman  tingkah  laku  bagi  anggota-anggotanya  untuk
mengatasi adaptasi eksternal dan integrasi internal
Disimpulkan  dari  berbagai  pengertian  budaya  organisiasi  di
atas  adalah  seperangkat  asumsi,  nilai  dan  norma  yang
dikembangkan  dalam  organisasi  dan  telah  menjadi  perilaku  para




anggota organisasi didalam mengatasi berbagai permasalahan yang
terjadi di dalam maupun di luar organisasi.

B.  Nilai Budaya  
Nilai  ialah  sesuatu  yang  paling  penting,  di prioritaskan,  dan
di  perjuangkan  untuk  di  realisasikan.  Nilai  budaya  adalah  nilai
yang  di  budayakan,  artinya  nilai  yang  di  gunakan  oleh  suatu
organisasi  dalam  jangka  relatif  lama  sebagai  norma  atu  pedoman
bagi para anggota organisasi dalam berperilaku masalah. Termasuk
nilai  yang  dibudayakan  ialah  keyakinan  dan  ideologi.  Keyakinan
(beliefs) ialah  sesuatu  yang di pandang benar  atau salah, sedangkan
ideologi  ialah  cita-cita  yang  harus  di  wujudkan.  Nilai  apa  yang
dibudayakan oleh  suatu organisasi tergantung pada banyak faktor,
seperti  sejarah  organisasi,  kegagalan,  dan  kesuksesan,  geografi,
suku,  ras,  agama, turunan (heritage), dan lain-lain.  Seperti manusia,
organisasi  juga  punya  nilai-nilai,  tidak  hanya  satu  atau  beberapa
nilai  saja, melainkan banyak.  Misalnya  jam  datang dan jam  pulang
kerja,  penghormatan  terhadap  superodinaten  (atasan),  upacara,
upacara  pada  waktu  berpapasan,  cara  bertelpon,  syarat  kenaikan
pangkat/promosi,  gaya  bahasa,  pakaian  yang  disandang,  dan
sebagainya.  Oleh  sebab  itu  jika  kita  akan  mengakses  budaya  yang
digunakan  oleh  suatu  organisasi,  maka  kita tanyakan sejauh  mana
nilai-nilai  tertentu  digunakan  sebagai  budaya.  Misalnya  Ouchi
(1981),  menggunakan  tujuh  nilai  untuk  mengukur  dan
membandingkan  antara  budaya  korporat  Jepang  dan  korporat
Amerika :
1)  Komitmen pada karyawan,
2)  Evaluasi terhadap karyawan,
3)  Karir,
4)  Kontrol,






5)  Pembuatan keputusan,
6)  Tanggung jawab, dan
7)  Perhatian pada manusia.
Hofstede  (1997)  menggunakan  empat  nilai  untuk
membedakan  budaya  antara  suatu  bangsa    dengan  bangsa  lain,
yaitu : 
1)  Jarak kekuasaan, 
2)  Individualisme vs. Kolektifisme,
3)  Maskulin vs. Feminin, dan
4)  Penolakan terhadap ketidakpastian.
Senada  dengan  Hofsede  di  atas,  Ndraha  (2003:45),
mengemukakan  bahwa  budaya  merupakan  identitas  dan  citra
suatu  masyarakat.  Identitas  ini  dibentuk  oleh  beberapa  faktor
seperti  sejarah,  kondisi  dan  sisi  geografis,  sistem-sistem  sosial
politik dan ekonomi.
Jadi,  orang  berbeda-beda  dalam  penggunaan  nilai  untuk
mengetahui  budaya  sesuatu  organisasi  budaya  apa  atau  nilai  apa
yang  ingin  diketahuinya.  Namun  jika  kita  ingin  mambandingkan
bagaimana  sesuatu  budaya,  diperbandingkan  diantara  beberapa
organisasi,  kita  harus  menggunakan  nilai  yang  sama  untuk
mengaksesnya. Jika tidak, tidak mungkin diperbandingkan. 

C.  Dimensi Nilai Budaya
Nilai  budaya  itu  memiliki  dua  dimensi,  yaitu  kandungan
(content)  dan  kekuatan  (strengeth).  Yang  dimaksud  dengan
kandungan  ialah “apa”  dan  disebut  secara  spesifik yang dijadikan
nilai  itu.  Ini  harus  ditegaskan,  karena  dalam  kehidupan  manusia
(organisasi) banyak  sekali nilai- nilai. Seperti yang  digunakan oleh
Ouchi  tujuh  nilai,  Hofstede  empat  nilai,  Quinn  empat  nilai,  dan
Miller  delapan  nilai,  seperti  yang  tersebut  diatas  tadi  adalah  nila-




nilai spesifik, nilai apa. Kekuatan nilai ditunjukan oleh sejauh mana
dipahami  dan  diikuti  nilai  budaya  itu  oleh  sebagian  terbesar
anggota  organisasi.  Jadi,  jika  diikuti  oleh  sebagian  tebesar  para
anggota maka budaya organisasi itu kuat.

D.  Tiga Jenjang Budaya
Menurut  Schein  (1992)  budaya  itu  dapat  dilihat  dari  tiga
jenjang (levels,  aras) yaitu  jenjang atas,  dan  jenjang bawah. Jenjang
atas  ialah  „artifacts  and  creations ,  yaitu  benda-benda  atau  barang-
barang  hasil  ciptaan  manusia,  jenjang  tengah  ialah  „values   (nilai-
nilai); dan jenjang bawah ialah „as-sumptions  (asumsi-asumsi). 
Untuk  mewujudkan  tertanamnya  Budaya  Organisasi  harus
didahului  dengan  adanya  Integrasi  atau  kesatuan  pandangan
barulah  pendekatan  manajerial  (Bennet,1995.  loc.cit,  p.43).  Dapat
dilaksanakan antara lain berupa : 
1)  Menciptakan  bahasa  yang  sama  dan  warna  konsep  yang
muncul. 
2)  Menentukan batas-batas antar kelompok. 
3)  Distribusi wewenang dan status. 
4) Mengembangkan  syariat,  tharekat  dan  ma rifat  yang
mendukung norma kebersamaan. 
5)  Menentukan imbalan dan ganjaran. 
6)  Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.

E.  Karakterisitik Budaya organisasi 
Budaya  organisasi  memiliki  karakteristik  tersendiri.
Karakterisik  budaya  organisasi  adalah  terdapat  pada  inisiatif
individu,  toleransi,  mempunyai  arah,  terintegrasi,  dukungan  dari
manajemen dan lain-lain.






 Robbins  (2007),  menyatakan  untuk  menilai  kualitas  budaya
organisasi suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama,
yaitu sebagai berikut:
1.  Inisiatif  individu,  yaitu  tingkat  tanggung  jawab,  kebebasan
dan independensi yang dipunyai individu. 
2.  Toleransi  terhadap tindakan  beresiko,  yaitu sejauhmana para
pegawai  dianjurkan  untuk  bertindak  agresif,  inovatif,  dan
berani mengambil resiko. 
3.  Arah,  yaitu  sejauhmana  organisasi  tersebut  menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi. 
4.  Integrasi, yaitu tingkat sejauhmana unit-unit dalam organisasi
didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. 
5.  Dukungan  Manajemen,  yaitu  tingkat  sejauhmana  para
manajer  memberi   komunikasi  yang  jelas,  bantuan  serta
dukungan terhadap bawahan mereka. 
6.  Kontrol,  yaitu  jumlah  peraturan  dan  pengawasan  langsung
yang  digunakan  untuk  mengawasi  dan  mengendalikan
perilaku pegawai. 
7.  Identitas,  yaitu  tingkat  sejauhmana  para  anggota
mengidentifikasi  dirinya  secara  keseluruhan  dengan
organisasinya daripada  dengan  kelompok  kerja tertentu  atau
dengan bidang keahlian profesional. 
8.  Sistem  imbalan,  yaitu  tingkat  sejauhmana  alokasi  imbalan
(kenaikan  gaji,  promosi)  didasarkan  atas  kriteria  prestasi
pegawai  sebagai  kebalikan  dari  senioritas,  pilih  kasih,  dan
sebagainya. 
9.  Toleransi  terhadap  konflik,  yaitu  tingkat  sejauhmana  para
pegawai didorong untuk mengemukakan konflik kritik secara
terbuka. 






10.  Pola-pola  komunikasi,  yaitu  tingkat  sejauhmana  komunikasi
organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
Apabila 10 faktor utama di atas terintergrasi dalam kerja-kerja
organisasi  maka  tidak bisa  dipungkri  organisasi  tersebut  memiliki
kualitas  budaya  yang  cukup  handal  dan  kemungkinan  saja  bisa
menaikkan pamor organisasi itu sendiri.

F.  Budaya Kerja 
Guna  mengendalikan  kedisiplinan  pegawai  agar
mendapakan  hasil  yang  maksimal  maka  perlu  dilakukan  inovasi
pengendalian  kualitas  pekerjaan  melalui  penciptaan  perilaku
budaya  kerja  yang  baik  dalam  bekerja  pada  setiap  melaksanakan
aktifitas. 
Budaya-budaya  kerja  yang  baik  tersebut  dian-
taranya  adalah:  Bersih,  Rapih,  Teliti,  Rajin  atau  Disiplin  dan  lain-
lain.  Hampir  disetiap  setiap  area  kerja  atau  work  shop  kita  sering
melihat  papan  informasi  yang  bertuliskan  informasi  5K,  atau  5R
atau  5S,  semua  itu  adalah  untuk  mengingatkan  kita  sebagai
pelaksana aktifitas didalam area kerja atau work shop tersebut agar
kita selalu selalu  berprilaku seperti harapan  yang ada dalam  papan
informasi  tersebut. Namun  demikian  perlaku  pekerja  termasuk
juga  situasi  dan  kondisi  tempat  kerja  harus  diatur  sesuai  dengan
harapan dalam informasi tersebut yakni dengan menerapkan 
Prilaku  pekerja  maupun  kondisi  tempat  kerja  perlu  juga
diatur  agar  kualitas  hasil  pekerjaan  bisa  maksimal,  yaitu  dengan
menerapkan  5K  atau  5R  atau  5S  di  tempat  kerja. Yang  dimaksud
dengan  5K  adalah  kepanjangannya  adalah:  Ketelitian,  Kerapihan,
Kebersihan, Kesegaran dan Kedisiplinan. 

   





G.  Soal Latihan 
1.  Jelaskan apa yang dimaksud dengan budaya organisasi
2.  Jelaskan  pula  pengertian  dari  nilai  budaya  dan  berikan
contohnya.
3.  Menurut  Hofstede    (1980)  terdapat  empat  nilai  untuk
membedakan  budaya  antara  suatu  bangsa    dengan  bangsa
lain, sebutkan. 
4.  Jelaskan dua dimensi nilai budaya.
5.  Jelaskan tiga jenjang budaya menurut Schein.
6.  Bagaimana tanggapan anda terhadap 10 karakterisitik budaya
organisasi. Jelaskan dilengkapi contoh-contoh kongrit.
7.  Budaya  kerja  yang  bagaimana  yang  seharusnya  dapat
diciptakan dalam tempat kerja. Jelaskan

   




















DAFTAR PUSTAKA


Anoraga,Panji  dan  Sri  Suyati,1995,  Perilaku  Keorganisasian,  Pustaka
Jaya, Jakarta
Arifin,  Anwar,  2003,  Komunikasi  Politik  (Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th Ed., McGraw-
Hill International Edition. 
Bimo,  Walgito.  2004,    Pengantar  Psikologi  Umum  .  Yogyakarta, 
Andi Offset
Charles,  Hampden  Turner,  1992,  Creating  Corporate  Culture,
business Economics, Penerbit London
Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon, 1989,  Human Behavior A Work;
Organizational  Behavior,  New  York  McGraw  Hill
International
Djatmiko, Yayat Hayati, 2003, Perilaku Organisasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung
Gerungan,  W.A.,  (2009),  Psikologi  Sosial,  PT  Refika  Asitama,
Bandung. 
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi
ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gitosudarmo,  Indriyo,  2000,  Perilaku  Keorganisasian,  BPFE,
Yogyakarta
Hampden,  Charles  Turner,  1994,  Colporate  Culture,  London,  Judy
Piatkus Ltd.

 115