Link Sukses

Banner 728x90 :

Friday 30 October 2015

Bab I Pengantar dan Latar Belakang Perilaku Organisasi



1.1  Pendahuluan 
1)  Deskripsi Singkat  :   Pada  Bab  ini  dibahas  deskripsi  umum
tentang  pengantar,  sejarah  dan  latar
belakang perilaku organisasi. 
2)  Relevansi    :   Pada  bagian  ini  dibahas  tentang
pengantar,  sejarah  dan  latar  belakang
perilaku  organisasi.  Dengan  dasar
pemahaman  ini  akan  menjadi  landasan
bagi  mahasiswa  untuk  memahami
pengantar,  sejarah  dan  latar  belakang
perilaku  organisasi,  bagian  ini
merupakan  dasar  untuk  mempelajari,
mendalami  serta  memahami
pentingnya  mengetahui  perilaku
organisasi
3)  Kompetensi Dasar   :   Mahasiswa  mampu  menjelaskan
tentang pengantar, sejarah dan dan latar
belakang perilaku organisasi
   






1.2  Penyajian 
A.  Pengantar Perilaku Organisasi
Akhir-akhir  ini  perkembangan  perilaku  organisasi  semakin
terasa  kemajuannya  bahkan  telah  menjadi  sesuatu  hal  yang  ramai
dibicarakan  orang,  bukan  saja  di  kalangan  akademisi  tetapi  para
politisi  dan  para  birokrasipun  berbicara  tentang  perilaku
organisasi.  Ini  disadari  karena  disamping  perilaku  organisasi  ini
mudah  dipahami,  juga  persoalan-persoalan  organisasi  yang
cenderung  semakin  ruwet,  ditambah  pula  berbagai  persoalan-
persoalan manusia dengan berbagai karakter dan perilaku berlanjut
menjadi  tantangan    utama  yang  sering  dihadapi  oleh  setiap
pimpinan organisasi baik orgnaisasi pemerintah maupun organisasi
swasta  dewasa  ini.  Oleh  sebab  itu  seorang  pimpinan  sangat
dituntut  peranannya  untuk  bagaimana  memahami  perilaku
organisasi.
 Robbins  (2007:17)  mengemukakan,  memahami  perilaku
organisasi  bagi  seorang  manajer  merupakan  hal  yang  sangat
penting.  Pandangan  sepintas  terhadap  sedikit  perubahan  dramatis
yang  sekarang  ini  terjadi  di  banyak  organisasi  mendukung
pertanyaan  ini.  Sebagai  contoh,  karyawan  bisa  menjadi  lebih  tua;
semakin  banyak  wanita  dan  orang  kulit  berwarna  berada  di
lingkungan  kerja;  pengecilan  ukuran  perusahan  dan  penggunaan
pekerja temporer yang begitu banyak melemahkan ikatan kesetiaan
yang  dulunya  mempererat  karyawan  dengan  para  pemberi  kerja,
sertra  kompetisi  global  yang  mengharuskan  karyawan  lebih
fleksibel dan belajar menanggulangi perubahan yang cepat. Dengan
demikian  tantangan  yang  sangat  menonjol  dihadapi  oleh  para
pimpinan  dalam  setiap  organisasi  adalah  masalah  perilaku
manusia itu sendiri.
Manusia  adalah  faktor  utama  yang  sangat  penting  dalam
setiap  organisasi  apapun  bentuknya.  Ketika  manusia  memasuki
dunia  organisasi  maka  itulah  awal  perilaku  manusia  yang  berada
dalam  organisasi  itu.  Oleh  karena  persoalan-persoalan  manusia
senantiasa  berkembang  berdasarkan  situasi  dan  kondisi  dan
semakin  sulit  dikendalikan,  maka  persoalan-persoalan    organisasi
dan khususnya persoalan perilaku organisasi semakin hari semakin
berkembang.  Perilaku  organisasi  hakikatnya  mendasarkan  pada
ilmu perilaku itu sendiri.
Warren Bennis (Thoha, 2007:3)  meramalkan bahwa 25 sampai
50  tahun  mendatang  kita  semua  akan  ikut  berpartisipasi
menyaksikan akhir  hayat dari  birokrasi,  dan  kita  akan mengetahui 
terbitnya  suatu  sistem  sosial  yang  lebih  baik  dari  abad  kita
sekarang  ini.  Selanjutnya  Bennis  menandaskan  bahwa  perubahan
mendasar  dari  konsep-konsep  nilai  organisasi  adalah  di  dasarkan
pada  kemanusiaan  yang  menghapuskan  sifat-sifat  depersonalisasi
dari mekanisme sistem birokrasi.
Ramalan  Bernis  di atas seakan  menempatkan  factor  manusia
dalam  organisasi  bukannya  semakin  ditinggalkan  melainkan
semakin  mendapat  tanggapan  yang  hangat  bagi  para  pemerhati
dan  para  akademisi  untuk  mendiskusikan  berbagai  teori-teori
organisasi di masa yang akan datang. 
Selanjutnya  masih  dalam  Thoha,  berpendapat  terdapat  tiga
dimensi  pokok  dalam  setiap  mendiskusikan  teori  organisasi  yang
tidak bisa diabaikan.  Ketiga  dimensi  itu antara  lain  dimensi teknis,
dimensi  konsep,  dan  dimensi  manusia.  Jika  ketiga  dimensi  itu
berintegrasi,  maka  akan    mampu  menimbulkan  suatu  kegiatan
organisasi  yang  efektif.  Dimensi  teknik  menekankan  pada  skill
yang  dibutuhkan  untuk  menggerakkan  organisasi.  Dimensi  ini
berisi  skill  para    anggota  yang  secara  teknis  yang  diperlukan
menggerakkan  organisasi,  misalnya  keahlian  komputer,
pemasaran,  enginering,  dan  lain  sebagainya.  Tanpa  skill  yang  
dimiliki  oleh  anggota  organisasi  maka  pasti  organisasi  akan
stagnan.  Dimensi  kedua  adalah  dimensi  konsep,  yang  merupakan
motor  penggerak  dari  dimensi  pertama  dan  amat  erat
hubungannya  dengan  dimensi  ketiga  yakni  dimensi  manusia.  Jika
para birokra  dalam  bekerja hanya mengandalkan dimensi pertama,
dan  megabaikan  dimensi  kedua,  atau  bahkan  menelantarkan
dimensi  ketiga,  maka  akan  menimbulkan  suatu  iklim  yang  tidak
respektif  terhadap  faktor  pendukung  utama  organisasi  yakni
manusia. Oleh sebab itu ilmu perilaku organisasi mengurangi sikap
birokrat  yang  tidak  respektif  tersebut,  dengan  menarik  sebagian
pandangannya  terpusat  pada  perilaku  manusia  itu  sendiri  sebagai
dimensi ketiga dalam sesuatu organisasi. (Thoha,2007:4). 

B.  Latar Belakang dan Sejarah Perilaku Organisasi
Minat  untuk  mempelajari  perilaku  manusia  sebenarnya  bisa
ditelusuri sejak  dari awal periode sejarah. Hal  ini dapat kita jumpai
dari  buah  karya  filosof  Yunani  Plato,  dimana  filosof  ini  membagi
jiwa  manusia  menjadi  3  bagian,  yakni  ;  Philosopic  (filsafat),
keinginan  untuk  mencapai  ilmu  pengetahuan,  Sprited  (ambisi),
aspek  jiwa  manusia  yang  berusaha  untuk  mencari  kekuasaan  dan
ambisi dan Appetite (nafsu makan), suatu keinginan manusia untuk
memenuhi  selera  seperti  makann,  minum,  seks  dan  uang.  (the
philosophie,  the  ambitious,  and  the  lovers  of  gain.  (dalam  Indrawijaya, 
1989: 14 dan Thoha, 2007 : 11)
Dari  konsep  filosifi  di  atas,  Plato  menggolongkan  manusia
atas  tiga  tipe  yakni,  filosofis,  ambisius,  dan  pencinta
keberuntungan. (lovers of gain)
Menurut  Thoha  (2007),    Pada  abad  ke  20    muncul  konsep-
konsep  baru  tentang  prilaku  manusia  dan  organisasi  antara  lain
Max  Waber di Jerman, Henri Fayol  di  Perancis dan Frederyc Taylor  di
Amerika  Serikat.  Selanjutnya  Thoha  menguraikannya  sebagai
berikut: 
a.  Max Weber
Weber  sebagai  pemikir  dalam  ilmu  sosial  lebih  banyak
orientasi  pemikirannya  menekankan  kepada  penjelasan  mengenai 
organisasi  dibanding  dari  pengembangan  suatu  prinsip  yang  bisa
dipakai untuk  mencapai  tujuan  praktis. Dua  aspek  dari  hasil  kerja
Weber  yang  relevan  dengan  perilaku  organisasi  yakni  :  Pertama,
sebagai  seorang  ahli  ilmu  sosial,  ia  tertarik  untuk  menjelaskan
preskripsinya  dari  pertumbuhan  organisasi  yang  besar.  Kedua,  dia
terkesan  akan  kelemahan-kelemahan  manusia  dengan
pertimbangan-pertimbangan  yang  kadang-kadang  tidak  realitas
dan bahwa manusia mempunyai rasa emosi.
Secara  teori,  suatu  birokrasi  mempunyai  berbagai  sifat  yang
dapat  dibedakan  dari  ketentuan-ketentuan  lain  dari  suatu
organisasi.  Beberapa  sifat  yang  amat  penting  dapat  dikemukakan
sebagai berikut :
1.  Adanya spesialisasi, atau pembagian kerja.
2.  Adanya hirarki yang berkembang
3.  Adanya suatu sistem dari suatu prosedur dan aturan-aturan
4.  Adanya  hubungan-hubungan  kelompok  yang  bersifat
impersonalitas.
5.  Adanya  promosi  dan  jabatan  yang  berdasarkan  atas
kecakapan.
Aspek-aspek perilaku yang dicerminkan dari birokrasi Weber
dapat  dilihat  dari  penekanan  Weber  pada  struktur  yang
ditimbulkan  dari  rasa  tidak  percaya  kepada  kesanggupan  dan
kemampuan  manusia  untuk  menciptakan  rasionalitas  tertentu,
mendapatkan  informasi  yang  baik,  dan  membuat  keputusan  yang
obyektif.  Premis  perilakunya  yang  nampak  adalah  bahwa

 5



seseorang  itu  membutuhkan  bantuan  untuk  sampai  kepada
pertimbangan-pertimbangan  yang  baik.  Struktur  adalah
jawabannya.  Dengan  cara  mengatur  tata  hubungan  kerja  di  dalam
suatu organisasi dan dengan  cara spesialisasi  prosedur  dan  aturan-
aturan,  maka  keputusan  akan  dapat  dibuat  secara  konsisten  dan
sistimatis. 
Unsur  yang  sangat  berperan  dalam  suatu  organisasi  dan
sangat meyakinkan  bahwa suatu prosedur  dipatuhi adalah otoritas
dan  rasa  tanggung  jawab  yang  dipunyai  oleh  para  pejabatnya.
Untuk  itu  Weber  berpendapat  bahwa  seorang  pejabat  dapat
memperoleh  otoritas  dengan  mengidentifikasi  sumber-sumber
otoritas sebagai berikut :
1.  Otoritas yang rasional dan  sah, hal ini diciptakan oleh tingkat
dan  posisi  yang  dipegang  oleh  seseorang  pejabat  didalam
suatu hierarki;
2.  Otoritas  yang  tradisional,  ini  diciptakan  oleh  kelas-kelas
dalam masyarakat dan juga oleh adat kebiasaan;
3.  Otoritas  kharismatik,  ini  ditimbulkan  oleh  potensi
kepribadian dari pejabat.

b.  Henry Fayol
Buku  yang  sangat  terkenal  hasil  karya  Henry  Fayol  adalah
Administrasi  Industri  dan  Umum  (General  and  Industrial
Administration)  tahun  1919,  buku  ini  begitu  sangat  mempengaruhi
pemikiran-pemikiran manajemen di Eropa.
Menurut Luther Gulick (dalam Thoha (2007), orientasi  sistem
fungsional  sangat  berhasil  dalam  menciptakan  batas-batas  dalam
usaha-usaha  riset  tentang  manajemen  untuk  beberapa  tahun
mendatang.  Dan  teori  administrasi  yang  diusulkan  oleh  Fayol  ini
umumnya dikenal sebagai pendekatan fungsional.





Fayol mencetuskan 14 prinsip yang terkenal, yaitu:
1.  Spesialisisasi/pembagian  kerja,  Dengan  adanya  spesialisasi
ini  diharapkan  dapat  meningkat  produktivitas  kerja  dan
efisiensi.
2.  Wewenang,  Wewenang  adalah  hak  dari  para  manajer  untuk
memberi  perintah  dan  juga  berhak  menuntut  kepatuhan
kepatuhan  dari  yang  diperintah.  Wewenang  disatu  pihak
menimbulkan  tanggung  jawab  kepada  pihak  lain,  yaitu
tanggung  jawab  untuk  melaksanakan  perintah.  Ada  dua
macam  wewenang  yaitu;  wewnang  formal  dan  wewenang
pribadi.  Wewenang  formal  adalah  wewenang  Yang  didapat
dari  atasannya  untuk  memberi  perintah  kepada  orang  lain.
Wewenang  pribadi  adalah wewenang  yang  didapat  oleh
seseorang  karena  pengetahuannya,  pengalamannya,  dan
sebagainya.
3.  Disiplin,  Prinsip  ini  menekankan  bahwa  anggota  organisasi
harus menghormati aturan dan kesepakatan yang    mengatur
organisasi itu.
4.  Kesatuan  Komando,  Setiap  orang  dalam  organisasi  hanya
menerima perintah dari satu atasan saja.
5.  Kesatuan arah,  Hanya  ada satu orang  pimpinan  dengan  satu
rencana  untuk  semua  kegiatan  kelompok  organisasi  dalam
mencapai tujuannya.
6.  Kepentingan  umum  diatas  kepentingan  pribadi,   Semua
anggota  organisasi  harus  selalu  mendahulukan  kepentingan
organisasi daripada  kepentingan      pribadinya. Hal ini  harus
dilakukan  karena  tanpa  adanya  komitmen  seperti  itu,  suatu
organisasi tidak dapat maju dan berkembang.
 7.  Pemberian  upah,  Pemberian  upah  ini  harus  sesuai  dengan
usaha  yang  telah  dikeluarkan  dan  sedapat  mungkin
memuaskan kedua belah pihak.
8.  Sentralisasi,  Adanya  pemusatan  kekuasaan,  yaitu  pada  top
manajer.  Prinsip ini  hanya  berlaku  di  perusahaan  kecil.  Pada
perusahaan besar biasanya diterapkan desentralisasi.
9.  Rantai  skala,  Menunjukan  garis  wewenang  dalam  organisasi
yang  menunjukan  kedudukan  dari  pimpinan  puncak  sampai
ketingkat  bawah.  Garis  wewenang  ini  harus  merupakan
rantai  komunikasi  yang  berjalan  lancar  dari  atas  sampai  ke
bawah dan sebaliknya.
10.  Ketertiban,  Maksud  prinsip  ini  adalah  manusia  dan  bahan-
bahan harus berada ditempat dan pada waktu yang tepat.
11.  Keadilan,  Maksud  prinsip  ini  adalah  para  manajer  harus
bersikap adil terhadap semua bawahannya dalam setiap hal.
12.  Kestabilan  organisasi  ,  Organisasi harus menjaga supaya turn
over yang terjadi tidak terlalu tinggi, karena tidak  baik untuk
kelancaran kegiatan perusahaan.
13.  Inisiatif,  Setiap  anggota  dalam  organiasi  berhak  diberi
kesempatan membuat rencana dan melaksanakannya.
14.  Semangat  kesatuan,  Harus  diciptakan  rasa  bangga  teradap
organisasinya, karena dapat meningkatkan persatuan.
Pandangan-pandangan  Fayol  dianggap  sebagai  suatu
pemikiran  tentang  organisasi-administratif.  Dia  berpendapat
bahwa  semua  organisasi  terdiri  dari  unit  atau  subsistem  sebagai
berikut :
1)  Aspek-aspek  teknik  dan  komersial  dari  kegiatan  pembelian
produksi dan penjualan.
2)  Kegiatan-kegiatan  keuangan  yang  berhubungan  dengan
masalah-masalah permintaan dan pengendalian kapital.
3)  Unit-unit keamanan dan perlindungan
4)  Fungsi perhitungan, dan
5)  Fungsi  administrasi  dari  perencanaan,  organisasi,
pengarahan, koordinasi dan pengendalian.

c.  Frederick Winslow Taylor
Frederick  Winsloe  Taylor dari  Amerika  Serikat mengenalkan
prinsip-prinsip manajemen ilmiah (Principle of Scientific Manajemen).
Taylor  mengusulkan  3  hal  sebagai  tujuan  dari  gerakannya,  antara
lain :
1)  Untuk  menegaskan  lewat  contoh-contoh  yang  sederhana,
bahwa  Amerika  Serikat  telah  dirugikan  banyak  sekali  akibat
karena  tidak  adanya  efisiensi  di  hampir  setiap  usaha  pada
tiap harinya.
2)  Mencoba  untuk  meyakinkan  kepada  masyarakat  Amerika
Serikat bahwa pengobatannya  terletak pada manajemen yang
sistimatis  bukan  pada  usaha  mencari  orang-orang  yang
istimewa.
3)  Untuk  membuktikan  bahwa  manajemen  yang  baik  adalah
suatu ilmu yang tepat yang berdasarkan pada hukum-hukum
yang  jelas,  aturan-aturan  dan  prinsip-prinsip.  Dan  untuk
menunjukkan  bahwa  prinsip-prinsip  manajemen  ilmiah
adalah bisa diterapkan pada setiap bentuk aktifitas manusia.

d.  Gerakan Hubungan Kemanusiaan
Perkembangan  sejarah  berikutnya  di  tandai  dengan  gerakan
hubungan kemanusiaan (the human relations movement). Gerakan  ini
dalam praktik manajemen memberikan penekanan pada kerja sama
dan  semangat  kerja  atau  moral  karyawan.  Penekanan  ini  dapat
digolongkan ke dalam aspek hubungan kemanusiaan tersebut. 




 Raymond  Miles  (dalam  Thoha,  2007)  menyatakan  bahwa
pendekatan  hubungan  kemanusiaan  secara  sederhana
menempatkan  karyawan  sebagai  manusia.  Tidak  sebagai  mesin
yang  dipergunakan  dalam  berproduksi,  memahami  kebutuhan-
kebutuhan  manusia  yang  ingin  dianggap  ada  dan  merasa
diperhatikan  dengan  cara  didengarkan  dan  diperhatikan  keluhan-
keluhannya  jika  memungkinkan,  dan  melibatkan  mereka  dalam
pengambilan-pengambilan  keputusan  tertentu  baik  mengenai
kondisi  pekerjaannya  atau  msalah-masalah  lainnya.  Kesemuanya
ini  akan  meningkatkan  semangat  kerja  karyawan  secara  pasti
dalam  bekerja  sama  untuk  mencapai  produksi  yang  lebih  baik.
Senada  dengan  hal  tersebut  di  atas  Siagian  (1997:39)
mengemukakan  bahwa  pelopor  utama  gerakan  ini  adalah  Ekton
Mayo.  Seorang  ahli  psikologi  dari  Universitas  Harvard  yang  telah
melakukan  penelitian  dengan  istilah  “Hawtorne  Experiment.
Hipotesa  yang  ingin  dibuktikan  dalam  penetian  ini  adalah  bahwa
ada factor-faktor tertentu yang mempengaruhi pada sikap, perilaku
dan  produktivitas  para  pekerja.  Temuan  mereka  menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku positif serta produktivitas para karyawan
tidak terlalu dipengaruhi oleh fasilitas dan kondisi kerja, melainkan
oleh  perhatian  yang  diberikan  oleh  manajemen  pada
mereka.Temuan  kedua  ialah  bahwa  perilaku  oleh  seorang  pekerja
sangat  ditentukan  oleh  dan  terikat  pada  norma-norma  kelompok
kerja dimana seseorang menjadi anggota.

C.  Soal Latihan 
1.  Jelaskan  tiga  dimensi  organisasi  dalam  kaitannya  dengan
perilaku organisasi
2.  Minat  mempelajari  perilaku  organisasi  telah  ditemui  pada
buah karya Plato, jelaskan kary Plato dimaksud.



3.  Sebutkan  dua aspek hasil karya Webber yang  releven dengan
perilaku organisasi.
4.  Sebutkan  teori  Webber,  bahwa  birokrasi  mempunyai  sifat
yang amat penting.
5.  Apa  yang  kau  ketahui  tentang  Gerakan  Hubungan
Kemanusiaan dalam perkembangan perilaku organisasi.

   
   

No comments: